Mengatasi Masalah Retensi Karyawan dan Konflik Antar Departemen di PT IWU

PT IWU, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi, telah menghadapi masalah retensi karyawan dan konflik antar departemen selama beberapa bulan terakhir. Karyawan yang keluar mengeluhkan kurangnya komunikasi dari manajemen, kurangnya pengakuan atas kontribusi mereka, dan beban kerja yang berlebihan. Selain itu, ada masalah lain yang muncul terkait konflik antar departemen, di mana departemen pengembangan produk merasa bahwa tim pemasaran tidak memahami kebutuhan teknis produk, sementara tim pemasaran merasa bahwa tim pengembangan tidak responsif terhadap umpan balik pasar. Akibatnya, terjadi banyak ketegangan dan keterlambatan dalam peluncuran produk baru. Untuk mengatasi masalah ini, Manajer SDM, Ibu Sarah, mengadakan pertemuan dengan para kepala departemen untuk mencari solusi. Namun, pertemuan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan mengenai langkah konkret yang harus diambil. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi masalah utama, menganalisis perilaku individu dan kelompok, dan menerapkan teori perilaku organisasi yang relevan untuk memahami dan menyelesaikan masalah ini. Masalah utama yang terjadi di PT IWU adalah kurangnya komunikasi dan pengakuan, serta beban kerja yang berlebihan, yang mengakibatkan tingkat retensi karyawan yang tinggi. Perilaku individu dan kelompok, seperti kurangnya transparansi dan pengakuan, serta ketidakkomunikasi antar departemen, telah berkontribusi pada situasi yang terjadi di perusahaan ini. Teori perilaku organisasi yang dapat diterapkan untuk memahami masalah ini adalah teori konflik. Teori ini mengusulkan bahwa konflik internal di perusahaan dapat mengakibatkan ketegangan dan keterlambatan, yang dapat berdampak negatif pada retensi karyawan dan peluncuran produk baru. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi dan menangani konflik internal untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan produktif. Untuk mengatasi masalah ini, beberapa solusi yang dapat diusulkan adalah meningkatkan komunikasi dan transparansi, memberikan pengakuan dan penghargaan kepada karyawan, dan mengurangi beban kerja dengan mengalokasikan sumber daya dan mengoptimalkan alur kerja. Selain itu, mengadakan sesi pelatihan untuk meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap peran dan tanggung jawab masing-masing departemen juga dapat membantu mengurangi konflik antar departemen. Untuk mengimplementasikan solusi-solusi ini, manajemen perlu mengambil langkah-langkah konkret seperti mengadakan pertemuan rutin untuk memastikan bahwa semua orang berada di halaman yang sama, mengimplementasikan sistem umpan balik untuk memahami kebutuhan dan kekhawatiran karyawan, dan memberikan pelatihan dan dukungan kepada karyawan untuk membantu mereka menghadapi beban kerja yang berlebihan. Secara keseluruhan, mengatasi masalah retensi karyawan dan konflik antar departemen di PT IWU memerlukan pendekatan yang komprehensif yang melibatkan komunikasi yang lebih baik, pengakuan, dan pengurangan beban kerja. Dengan menerapkan teori perilaku organisasi yang relevan dan mengambil langkah-langkah konkret, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan produktif yang akan membantu meningkatkan retensi karyawan dan peluncuran produk baru.