Dampak Perubahan Iklim dan Alih Fungsi Lahan terhadap Kejadian Ekstrem di Indonesi

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa Indonesia telah mengalami hampir 70 kali kejadian ekstrem dalam dua hingga tiga tahun terakhir. Fenomena perubahan iklim menjadi salah satu faktor utama yang berkontribusi pada kondisi ekstrem ini. Selain itu, alih fungsi lahan yang semakin marak dilakukan juga memperparah situasi ini. Perubahan iklim telah menyebabkan lompatan kejadian ekstrem di Indonesia. Peningkatan suhu global, peningkatan curah hujan, dan perubahan pola cuaca yang tidak terduga telah menjadi penyebab utama dari kejadian ekstrem seperti banjir, kekeringan, dan angin kencang. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mengalami banjir bandang yang menghancurkan pemukiman dan merenggut nyawa, kekeringan yang mengancam ketahanan pangan, dan angin kencang yang merusak infrastruktur. Selain perubahan iklim, alih fungsi lahan juga menjadi faktor yang memperparah kejadian ekstrem di Indonesia. Alih fungsi lahan yang semakin marak dilakukan untuk kepentingan pembangunan telah mengurangi luas hutan dan lahan basah. Hal ini mengakibatkan hilangnya fungsi penyerapan air dan meningkatkan risiko banjir. Selain itu, alih fungsi lahan juga mengurangi keberlanjutan ekosistem dan mengancam keberadaan flora dan fauna endemik. Dalam menghadapi kejadian ekstrem yang semakin sering terjadi, langkah-langkah mitigasi dan adaptasi perlu segera diambil. Pemerintah harus meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga keberlanjutan lingkungan dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Selain itu, pengawasan dan penegakan hukum terhadap alih fungsi lahan yang tidak sesuai perlu diperketat. Dampak perubahan iklim dan alih fungsi lahan terhadap kejadian ekstrem di Indonesia sangat nyata. Untuk menjaga keberlanjutan dan keamanan negara, tindakan yang konkret dan berkelanjutan perlu dilakukan oleh semua pihak terkait.