Keprotokolan Berdasarkan Pasal 1 UU No 9 Tahun 201

Keprotokolan adalah suatu proses yang penting dalam menjalankan berbagai kegiatan, baik di dalam pemerintahan, organisasi, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memastikan keberhasilan dan efisiensi dalam proses keprotokolan, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang No 9 Tahun 2010 yang mengatur tentang keprotokolan. Pasal 1 UU No 9 Tahun 2010 menyebutkan bahwa keprotokolan adalah suatu sistem yang mengatur tata cara dan prosedur dalam pelaksanaan kegiatan protokoler. Dalam hal ini, kegiatan protokoler mencakup berbagai kegiatan yang melibatkan pejabat negara, tamu negara, dan kegiatan resmi lainnya. Dalam konteks keprotokolan, pasal 1 UU No 9 Tahun 2010 memiliki beberapa ketentuan yang harus dipenuhi. Pertama, kegiatan protokoler harus dilakukan dengan menghormati nilai-nilai kebudayaan dan adat istiadat yang berlaku di Indonesia. Hal ini penting untuk menjaga keharmonisan dan menghormati keragaman budaya yang ada di Indonesia. Kedua, kegiatan protokoler harus dilakukan dengan memperhatikan etika dan tata krama yang baik. Etika dan tata krama yang baik adalah landasan dalam menjalankan kegiatan protokoler dengan sopan dan santun. Hal ini mencakup penggunaan bahasa yang baik dan benar, sikap yang sopan, serta penghormatan terhadap orang lain. Ketiga, kegiatan protokoler harus dilakukan dengan memperhatikan kepentingan negara dan menjaga keamanan serta ketertiban umum. Hal ini penting untuk menjaga keutuhan dan stabilitas negara dalam menjalankan kegiatan protokoler. Keempat, kegiatan protokoler harus dilakukan dengan transparansi dan akuntabilitas. Transparansi dalam kegiatan protokoler mencakup penyampaian informasi yang jelas dan terbuka kepada publik. Sedangkan akuntabilitas mencakup pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan protokoler. Kelima, kegiatan protokoler harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip kesetaraan dan non diskriminasi. Prinsip ini menjamin bahwa semua pihak yang terlibat dalam kegiatan protokoler diperlakukan secara adil dan setara, tanpa ada diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, dan jenis kelamin. Dalam kesimpulan, keprotokolan berdasarkan Pasal 1 UU No 9 Tahun 2010 memiliki beberapa ketentuan yang harus dipenuhi. Ketentuan tersebut mencakup menghormati nilai-nilai kebudayaan, memperhatikan etika dan tata krama, menjaga kepentingan negara, transparansi dan akuntabilitas, serta prinsip kesetaraan dan non diskriminasi. Dengan mematuhi ketentuan ini, diharapkan kegiatan protokoler dapat dilaksanakan dengan baik dan memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat.