Dari Lahan Kritis Menuju Harapan Hijau **

Matahari terik menyengat kulitku, debu beterbangan diiringi angin kering. Di depanku, hamparan tanah gersang terbentang luas, sisa-sisa hutan yang dulu rimbun kini hanya tinggal kenangan. Lahan kritis, begitu orang menyebutnya. Namun, di balik kesuraman itu, sebuah percikan harapan mulai menyala. Aku, seorang mahasiswa pertanian, tergerak untuk mengubah wajah lahan kritis ini. Bukan dengan pesimisme, tapi dengan semangat untuk menorehkan jejak hijau di atas tanah yang tandus. Bersama teman-teman, kami memulai proyek restorasi lahan. Kami belajar tentang teknik konservasi tanah, menanam pohon-pohon yang sesuai dengan kondisi lahan, dan membangun sistem irigasi sederhana. Perjuangan kami tak mudah. Tantangan datang silih berganti, mulai dari cuaca ekstrem hingga kurangnya sumber daya. Namun, semangat kami tak pernah padam. Kami belajar dari kesalahan, saling mendukung, dan terus berinovasi. Lambat laun, lahan kritis itu mulai menunjukkan perubahan. Tumbuhan hijau mulai menghiasi tanah yang dulunya gersang, burung-burung kembali bersahutan, dan udara terasa lebih segar. Melihat lahan kritis berubah menjadi hamparan hijau, hatiku dipenuhi rasa syukur dan kebanggaan. Ini membuktikan bahwa lahan kritis bukan hanya masalah, tapi juga peluang. Peluang untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik, peluang untuk membangun masa depan yang lebih hijau, dan peluang untuk mewariskan bumi yang lebih sehat kepada generasi mendatang. Pesan:** Lahan kritis bukanlah akhir dari segalanya. Dengan tekad dan semangat, kita bisa mengubahnya menjadi sumber kehidupan yang berkelanjutan. Mari kita bersama-sama menorehkan jejak hijau di bumi, dan menjadikan lahan kritis sebagai peluang untuk masa depan yang lebih baik.