Ketika Kucingku Menjadi "Guru" Bahasa Inggris ##

Malam itu, seperti biasa, aku duduk di meja belajar, bergulat dengan buku teks Bahasa Inggris yang tebal. Kata-kata asing berputar-putar di kepalaku, membuatku frustasi. Tiba-tiba, kucingku, si Bulu, melompat ke meja dan dengan santai berbaring di atas buku. Aku menghela napas, "Bulu, tolonglah, aku sedang belajar!" Namun, Bulu tak bergeming. Ia malah menatapku dengan tatapan tajam, seolah-olah sedang menilai kemampuan bahasaku. "Apa kau ingin belajar?" tanyaku, setengah bercanda. Bulu mendengkur pelan, lalu menggesekkan kepalanya ke tanganku. "Baiklah," kataku, "aku akan membacakanmu satu paragraf." Aku mulai membaca dengan suara pelan, berusaha keras memahami setiap kata. Bulu mendengarkan dengan saksama, sesekali menggerakkan ekornya. "Bagaimana menurutmu?" tanyaku setelah selesai. Bulu menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia kemudian melompat dari meja dan berjalan ke rak buku. Ia memilih sebuah buku cerita anak-anak dan membawanya kembali ke meja. "Kau ingin aku membacakannya?" tanyaku, terkejut. Bulu mendengkur lagi, seolah-olah mengiyakan. Aku membaca cerita itu dengan suara yang lebih lantang dan jelas. Bulu mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali menggesekkan kepalanya ke tanganku. Saat aku selesai membaca, Bulu menggosokkan kepalanya ke pipiku, seolah-olah memberikan pujian. Malam itu, aku belajar bahwa belajar tidak harus selalu serius dan membosankan. Bahkan kucingku pun bisa menjadi "guru" yang baik, mengajarkan aku untuk lebih fokus dan menikmati proses belajar. Sejak malam itu, aku selalu mengajak Bulu untuk "belajar" bersama. Ia mungkin tidak bisa berbicara, tapi tatapannya yang tajam dan keinginannya untuk belajar selalu memotivasi aku untuk terus berusaha.