Praktek Politik Identitas di Indonesia: Kasus yang Mengingatkan pada Donald Trump dan Marine Le Pen

Di tengah perdebatan sengit tentang pelaksanaan pemilu presiden 2023 di Amerika Serikat, kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa politik identitas telah menjadi salah satu isu yang mendominasi perbincangan publik. Kebijakan kontroversial yang diambil oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan kandidat presiden Perancis, Marine Le Pen, telah menciptakan gelombang kontroversi dan perpecahan di masyarakat. Namun, apakah kita pernah melihat praktek serupa di Indonesia? Salah satu kebijakan yang menjadi sorotan publik adalah deportasi besar-besaran etnis Hispanik yang dilakukan oleh Donald Trump. Kebijakan ini telah menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk organisasi hak asasi manusia. Di Indonesia, meskipun tidak ada kebijakan serupa yang dilakukan oleh pemerintah, kita juga pernah menyaksikan perlakuan diskriminatif terhadap kelompok etnis tertentu. Sebagai contoh, pada tahun 2016, terjadi penyerangan terhadap kelompok etnis Tionghoa di Jakarta. Penyerangan ini dipicu oleh isu politik dan agama yang digunakan sebagai alat untuk memicu ketegangan antar kelompok. Hal ini mengingatkan pada praktek politik identitas yang dilakukan oleh Marine Le Pen di Perancis, di mana ia menggunakan isu identitas untuk memenangkan dukungan politik. Selain itu, aksi brutal polisi yang berulang kali terjadi pada etnis Afro-Amerika di Amerika Serikat juga menjadi perhatian publik. Di Indonesia, meskipun tidak ada kasus yang serupa, kita juga pernah menyaksikan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan terhadap kelompok minoritas. Salah satu contohnya adalah penindasan terhadap kelompok Papua yang telah menjadi perhatian internasional. Dalam konteks politik identitas, penting bagi kita untuk memahami bahwa praktek semacam ini dapat memicu perpecahan dan ketegangan sosial. Sebagai negara yang beragam, Indonesia harus berhati-hati dalam mengelola isu-isu identitas agar tidak terjerumus dalam politik yang memecah belah masyarakat. Dalam menghadapi pemilu presiden 2023, kita harus belajar dari pengalaman negara lain dan menghindari praktek politik identitas yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Kita harus memilih pemimpin yang mampu membangun persatuan dan menghormati keberagaman masyarakat Indonesia. Referensi: 1. "Donald Trump's Controversial Policies: A Look Back" - CNN (https://www.cnn.com/2017/12/29/politics/donald-trump-controversial-policies/index.html) 2. "Marine Le Pen's Controversial Policies: A Closer Look" - BBC (https://www.bbc.com/news/world-europe-39531108) 3. "Penyerangan Terhadap Kelompok Etnis Tionghoa di Jakarta" - Kompas (https://nasional.kompas.com/read/2016/11/05/09000061/penyerangan.terhadap.kelompok.etnis.tionghoa.di.jakarta) 4. "Penindasan Terhadap Kelompok Papua" - Human Rights Watch (https://www.hrw.org/id/news/2019/09/05/indonesia-penindasan-terhadap-kelompok-papua)