Mengatasi Konflik Keluarga: Dhisa dan Ib"\x0a2.

Dhisa, seorang anak yang berusia 13 tahun, tinggal bersama ibunya di sebuah rumah. Setiap pagi, ia menuruni anak tangga menuju bawah rumah untuk melakukan rutinitas paginya, yaitu membersihkan rumah. Dhisa percaya bahwa musik dapat meredam teriakan ibunya saat dirinya bersama Emma, adiknya. Namun, minggu ini Dhisa merasa kesal karena ibunya sed marah dan kesal karena semua tertentu.

Dhisa mencoba mengabaikan ibunya yang sedang marah dan melanjutkan pekerjaannya sendiri. Ia menggunakan headphone untuk meredam suara ibunya dan fokus pada pekerjaannya. Dhisa tidak memiliki artihidupan ini, dan ia hanya ingin menafkahi anaknya agar hidup tenang.

Namun, ibunya tetap memastikan bahwa Dhisa tidak mengabaikan tugas-tugasnya. Ia meminta Dhisa untuk membantu memasak dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga lainnya. Meskipun Dhisa merasa sakit hati, ia tidak bisa menolak tuntutan ibunya.

Setelah selesai dengan tugas-tugasnya, Dhisa melihat ibunya sedang bersedih di ruang tamu. Ia menghela nafas danadari bahwa setiap kali ia menolak membantu ibunya, dia membuatnya lebih sulit untuk hidup dengan tenang.

Dalam pertemuan berikutnya dengan ibunya, Dhisa meminta maaf atas ketidakpeduliannya sebelumnya. Ia menyadari bahwa sebagai anak, membantu orang tua yang telah bekerja keras untuk memberinya segala sesuatu.

Dengan perubahan sikap ini, Dhisa mulai lebih aktif dalam membantu ibunya dengan tugas-tugas rumah tangga sehari-hari. Mereka saling mendukung satu sama lain danalani hari-hari mereka dengan lebih tenang.

Dalam pertemuan ini, kita dapat belajar dari pengalaman Dhisa tentang pentingnya saling mendukung antara anggota keluarga. Mes