Dasar Negara Menurut Muhammad Yamin: Apa yang Tidak Termasuk?

Muhammad Yamin, salah satu tokoh penting dalam perumusan dasar negara Indonesia, mengemukakan lima hal yang menjadi dasar negara. Namun, ada satu hal yang tidak termasuk dalam lima hal tersebut. Dalam sidang BPUPKI, Yamin mengemukakan lima dasar negara yang menjadi fondasi bagi negara Indonesia. Kelima dasar negara tersebut adalah: 1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Persatuan Indonesia. 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dari kelima dasar negara yang diemukakan oleh Yamin, terdapat satu hal yang tidak termasuk dalam lima dasar negara tersebut. Hal tersebut adalah "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya". Meskipun Yamin merupakan seorang ulama dan memiliki latar belakang dalam ilmu agama Islam, namun dalam sidang BPUPKI, Yamin tidak menganggap hal tersebut sebagai dasar negara. Alasan mengapa Yamin tidak menganggap "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" sebagai dasar negara adalah karena Yamin ingin menciptakan negara yang inklusif dan dapat diterima oleh seluruh rakyat Indonesia. Yamin menyadari bahwa Indonesia adalah negara yang beragam, dengan berbagai suku, agama, dan budaya. Oleh karena itu, Yamin menganggap kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial sebagai dasar negara yang lebih sesuai untuk menciptakan negara yang adil dan makmur. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" tidak termasuk dalam lima dasar negara yang diemukakan oleh Muhammad Yamin dalam sidang BPUPKI. Hal ini menunjukkan bahwa Yamin mengutamakan prinsip-prinsip yang dapat diterima oleh seluruh rakyat Indonesia, serta mengedepankan nilai-nilai luhur yang menjadi fondasi bagi negara Indonesia.