Keharmonisan Aqidah di Masa Rasulullah: Hikmah dari Ketaatan pada Wahyu

Pada masa Rasulullah SAW, perdebatan aqidah yang memecah belah umat hampir tidak ada. Hal ini disebabkan seluruh umat Islam berada di bawah bimbingan langsung Rasulullah SAW, yang menerima wahyu langsung dari Allah SWT. Ketaatan pada wahyu dan sunnah Rasulullah SAW menjadi perekat ukhuwah dan sumber rujukan tunggal dalam memahami ajaran agama. Ketiadaan perdebatan yang signifikan ini bukan karena tidak adanya perbedaan pendapat, melainkan karena adanya mekanisme penyelesaian yang efektif dan berlandaskan wahyu. Rasulullah SAW senantiasa memberikan penjelasan dan bimbingan yang jelas, sehingga perbedaan pendapat dapat diselesaikan dengan bijak dan damai. Allah SWT sendiri melarang perdebatan yang sia-sia dan memecah belah dalam masalah agama. Hal ini tertuang dalam beberapa ayat Al-Qur'an, meskipun tidak secara eksplisit melarang perbedaan pendapat. Namun, larangan tersebut menekankan pentingnya sikap tawadhu', saling menghormati, dan mencari kebenaran berdasarkan dalil yang sahih. Contohnya, ayat yang menganjurkan kepada kaum muslimin untuk berdiskusi dengan cara yang baik dan bijaksana, bukan dengan cara yang keras dan penuh permusuhan. (Sebutkan ayat Al-Qur'an yang relevan di sini, misalnya ayat yang menekankan pentingnya hikmah dan musyawarah). Intinya, perbedaan pendapat diperbolehkan, namun cara penyelesaiannya harus sesuai dengan ajaran Islam yang mengedepankan kedamaian dan persatuan. Keharmonisan aqidah di masa Rasulullah SAW menjadi teladan bagi umat Islam di masa kini. Di tengah keberagaman pemahaman, kita perlu meneladani sikap tawadhu', mencari ilmu dengan sungguh-sungguh, dan berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah yang sahih. Dengan demikian, kita dapat menghindari perdebatan yang tidak produktif dan menjaga persatuan umat. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari masa keemasan tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk membangun ukhuwah Islamiyah yang kokoh. Keharmonisan aqidah bukan hanya sebuah cita-cita, melainkan sebuah keniscayaan yang harus diwujudkan dengan komitmen dan keikhlasan.