Percakapan Krisis di Warung: Anak Artis Makan di Warung

Pada suatu hari di salah satu warung tenda kawasan Mampang, terjadi percakapan yang menarik antara beberapa anak artis terkenal dan seorang pelayan. Gempi, anak dari salah satu artis terkenal, memanggil pelayan untuk meminta nota pembayaran. Setelah mengetahui jumlah yang harus dibayarkan, Gempi langsung menyodorkan dua lembar uang Rp 100 ribu. Pelayan merasa senang dan menerima uang tersebut, bahkan Gempi menyuruh pelayan untuk menyimpan kembaliannya. Beberapa jam kemudian, Rafathar, anak artis lainnya, juga meminta nota pembayaran. Rafathar memberikan tiga lembar uang Rp 50 ribu dan juga menyuruh pelayan untuk menyimpan kembaliannya. Pelayan dengan senang hati menerima uang tersebut. Namun, ketika Soimah, seorang anak penjual tukang ikan, meminta nota pembayaran, ia tidak mendapatkan kembaliannya. Soimah merasa tidak adil karena Gempi dan Rafathar, yang merupakan anak artis terkenal, mendapatkan kembaliannya dengan jumlah yang lebih besar. Pelayan merasa kesal dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Orang-orang di warung itu tertawa mendengar percakapan tersebut. Akhirnya, Soimah mendapatkan kembaliannya setelah memberikan uang tambahan kepada pelayan. Percakapan ini menggambarkan ketidakadilan yang terjadi dalam masyarakat. Anak artis terkenal memiliki keuntungan dan perlakuan istimewa, bahkan dalam hal yang sepele seperti mendapatkan kembaliannya di warung. Hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan sosial masih ada dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun hanya sebuah percakapan di warung, hal ini mencerminkan ketidakadilan yang lebih besar dalam masyarakat.