Detik-Detik Penyerahan Diri **

** Angin malam berbisik lembut, membawa aroma tanah basah dan dedaunan kering. Di tengah keheningan, seorang pemuda bernama Tyas berdiri di tepi sungai, matanya menatap aliran air yang tenang. Hatinya bergemuruh, dipenuhi rasa takut dan kerinduan. Tyas telah lama terjebak dalam lingkaran setan. Kehidupannya penuh dengan kesalahan dan penyesalan. Ia tersesat dalam labirin dosa, tak tahu bagaimana keluar. Namun, di tengah keputusasaan, sebuah cahaya kecil mulai menyingsing. Ia menemukan kekuatan dalam dirinya untuk bertobat, untuk menyerahkan diri kepada Sang Pencipta. Dengan langkah gontai, Tyas mendekati sebuah pohon besar di tepi sungai. Di bawah naungan rindangnya, ia berlutut, tangannya terangkat ke langit. Air matanya mengalir deras, membasahi pipinya yang pucat. Ia berbisik lirih, "Adrenging tyas kula, ngaturken panuwun, Gusti. Paduka ngasihi, kula kagunganta. Mung punika Gusti, pisungsung kula sawetahing gesang, jiwa lan raga, wit kula tan darbe bandha kang pengaji kang langkung prayogi, sinaos Gusti. Mung punika Gusti, panyuwun kula, mugi katampia atur kawula, mrih gesang kawula kagema Paduka pirantos sapala." Kata-kata itu keluar dari lubuk hatinya yang paling dalam, penuh dengan penyesalan dan harapan. Ia menyerahkan segalanya kepada Sang Pencipta, memohon ampunan dan bimbingan. Dalam detik-detik itu, Tyas merasakan beban berat di pundaknya perlahan menghilang. Ia merasakan ketenangan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Di tengah kegelapan, sebuah cahaya baru mulai menyinari hidupnya. Tyas bangkit dengan tekad baru, siap untuk memulai lembaran baru dalam hidupnya. Ia yakin bahwa Sang Pencipta akan menuntunnya menuju jalan yang benar, menuju kehidupan yang penuh dengan kasih dan damai.