Menunggu Pelangi di Garut **

Di kelas 10, hati Aisyah berdebar kencang setiap kali melihat kakaknya kelas, ketua paskibra yang gagah dan ramah. Rasa kagumnya bersemi menjadi benih cinta yang tumbuh subur di hatinya. Namun, takdir berkata lain. Kakak kelasnya, yang Aisyah panggil Mas Rian, lulus dan harus melanjutkan pendidikan di Garut, jauh dari Tasik tempat Aisyah tinggal. Harapan Aisyah untuk bisa bersama Mas Rian seakan sirna. Jarak dan ketidakpastian membuat hatinya merana. Namun, Aisyah tak menyerah. Setiap akhir sholat, ia selalu berdoa, memohon agar ketidakmungkinan bisa menjadi mungkin. Ia percaya, jika ada kemauan, pasti ada jalan. Aisyah tak bisa bertemu Mas Rian lagi. Ia hanya bisa menikmati cerita-cerita Mas Rian melalui Instagram. Setiap foto dan video yang diunggah Mas Rian, Aisyah telusuri dengan penuh harap. Ia berharap, suatu saat nanti, Mas Rian akan kembali ke Tasik dan mereka bisa bertemu lagi. Aisyah sadar, mungkin saja Mas Rian sudah memiliki tambatan hati lain di Garut. Namun, ia tetap berpegang teguh pada keyakinannya. Ia percaya, jika memang jodoh, tak akan kemana. Ia akan terus berdoa dan berharap, suatu saat nanti, pelangi akan muncul di langit Garut, menjembatani jarak dan menghubungkan hati mereka. Emosi dan Wawasan:** Kisah Aisyah mengingatkan kita bahwa cinta bisa tumbuh di mana saja, bahkan di tengah ketidakpastian. Ia mengajarkan kita untuk tetap berpegang teguh pada harapan, meskipun jalan yang dilalui penuh dengan rintangan. Aisyah juga menunjukkan bahwa doa adalah senjata ampuh untuk menghadapi segala kesulitan. Ia percaya, dengan doa dan usaha, segala sesuatu bisa terjadi.