Tukang Kupat Tahu dan Kereta Api: Kisah yang Menghangatkan Hati

Pada suatu hari, seperti biasa, dari pagi sampai siang hari, tukang kupat tahu berdagang di depan SMP 4 Tasikmalaya. Pada jam 12 siang, tukang kupat tahu itu biasanya menyusuri rel kereta untuk mengambil jalan pintas menuju ke lokasi dagangannya selanjutnya, yakni pasar Pancasila. Tetapi kebetulan hari ini, dagangannya sudah habis terjual. Pembeli terakhirnya membeli kupat tahu di sisi rel kereta api. Sesudah pembeli terakhir itu selesai, tukang kupat tahu itu membersihkan piringnya yang berwarna merah lalu mengeringkannya dengan cara dikibas-kibaskan. Kebetulan lagi, saat itu ada kereta yang melintas. Melihat ada tanda merah dikibas-kibaskan dari jauh, masinis kereta itu kaget lalu menginjak rem keras-keras. Ia sangka ada hal darurat yang membahayakan, ternyata itu kerjaan si tukang kupat tahu. Lalu kereta berhenti tepat di samping tukang kupat tahu tadi. Masinis: ada apa, Pak? tanya masinis kereta tersebut. Tukang kupat tahu: "Gak ada apa-apa Pak, tinggal bumbunya saja, hehe," balas tukang kupat tahu itu. Masinis: "Hah, maksudnya gimana Pak?" Tanya masinis itu dengan kebingungan. Tukang kupat tahu: "Iya Pak, ini tinggal bumbunya saja kupat tahu-nya, sudah habis maksud saya itu," jawab tukang kupat tahu itu. Masinis, yang awalnya bingung, kini tertawa terbahak-bahak. "Wah, saya juga suka kupat tahu, tapi saya tidak pernah bumbu sendiri. Tukang Kupat Tahu, kamu benar-benar kreatif!" kata masinis dengan penuh rasa terharu. Tukang kupat tahu itu tersenyum bangga dan berkata, "Terima kasih, Pak. Saya juga suka berbagi cerita dan resep." Kereta api melanjutkan perjalanannya, sementara tukang kupat tahu itu kembali ke tempatnya di depan SMP 4 Tasikmalaya. Hari itu, tukang kupat tahu merasa senang karena tidak hanya berhasil menjual semua kupat tahu-nya, tetapi juga berhasil menghangatkan hati para penumpang kereta api. Kisah ini mengingatiaan sederhana bisa datang dari hal-hal kecil yang kita lakukan setiap hari.