Studi Komparatif: Tiga Syarat Sah Berzakat dalam Praktik Keagamaan Berbagai Negara

Syarat Pertama: Memiliki Nisab

Zakat adalah salah satu dari lima rukun Islam yang harus dipenuhi oleh setiap Muslim. Salah satu syarat sah berzakat adalah memiliki nisab, yaitu jumlah minimum harta yang harus dimiliki seseorang sebelum dia wajib membayar zakat. Dalam praktik keagamaan di berbagai negara, penentuan nisab bisa berbeda-beda.

Di Indonesia, nisab ditentukan berdasarkan harga emas. Jika seseorang memiliki harta setara dengan 85 gram emas atau lebih, maka dia wajib membayar zakat. Sementara itu, di Malaysia, nisab ditentukan berdasarkan berat beras. Jika seseorang memiliki harta setara dengan 520 kilogram beras atau lebih, maka dia wajib membayar zakat.

Syarat Kedua: Mencapai Haul

Haul adalah periode waktu yang harus dilewati sebelum seseorang wajib membayar zakat. Dalam praktik keagamaan di berbagai negara, haul biasanya ditentukan selama satu tahun hijriah atau 354 hari.

Di Pakistan, misalnya, haul ditentukan berdasarkan tahun hijriah. Jika seseorang telah memiliki harta yang mencapai nisab selama satu tahun hijriah, maka dia wajib membayar zakat. Sementara itu, di Arab Saudi, haul juga ditentukan berdasarkan tahun hijriah, tetapi ada pengecualian untuk zakat fitrah yang harus dibayar sebelum Idul Fitri, tanpa memperhatikan haul.

Syarat Ketiga: Harta yang Zakatkan Harus Produktif

Harta yang dikenakan zakat haruslah harta yang produktif, yaitu harta yang dapat menghasilkan keuntungan atau pertumbuhan. Dalam praktik keagamaan di berbagai negara, definisi harta produktif bisa berbeda-beda.

Di Turki, misalnya, harta produktif didefinisikan sebagai harta yang digunakan dalam aktivitas ekonomi, seperti bisnis atau investasi. Sementara itu, di Iran, harta produktif didefinisikan lebih luas, mencakup harta yang digunakan untuk keperluan pribadi, seperti rumah atau kendaraan, asalkan harta tersebut memiliki potensi untuk menghasilkan keuntungan.

Dalam praktik keagamaan di berbagai negara, tiga syarat sah berzakat ini seringkali diterapkan dengan variasi dan penyesuaian. Namun, prinsip dasarnya tetap sama, yaitu untuk membantu mereka yang kurang mampu dan untuk mendistribusikan kekayaan secara lebih adil dalam masyarakat. Dengan memahami syarat-syarat ini, kita dapat lebih memahami bagaimana zakat diterapkan dan bagaimana ia berfungsi sebagai alat untuk keadilan sosial.