Konflik antara Satpol PP dan Pedagang Kaki Lima di Perkotaan: Analisis Faktor Penyebab

Konflik antara Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan pedagang kaki lima merupakan fenomena yang umum terjadi di perkotaan. Konflik ini muncul karena adanya perbedaan tujuan dan kepentingan antara kedua belah pihak. Satpol PP bertujuan untuk menertibkan kota agar tercipta kenyamanan bagi pejalan kaki dan keindahan kota, sedangkan pedagang kaki lima bertujuan untuk memudahkan mereka mendapatkan pelanggan yang sedang berjalan di trotoar. Salah satu faktor penyebab konflik antara Satpol PP dan pedagang kaki lima adalah perbedaan tujuan. Satpol PP berusaha menjaga ketertiban dan keindahan kota dengan menertibkan pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar. Mereka berargumen bahwa trotoar adalah tempat untuk pejalan kaki dan tidak boleh digunakan sebagai tempat berjualan. Namun, pedagang kaki lima melihat trotoar sebagai tempat yang strategis untuk mendapatkan pelanggan. Mereka berpendapat bahwa berjualan di trotoar adalah cara yang efektif untuk meningkatkan penjualan mereka. Selain perbedaan tujuan, perbedaan ekonomi juga menjadi faktor penyebab konflik antara Satpol PP dan pedagang kaki lima. Satpol PP berusaha menertibkan pedagang kaki lima karena mereka dianggap mengganggu ketertiban kota. Namun, bagi pedagang kaki lima, berjualan di trotoar adalah sumber penghasilan utama mereka. Mereka mengandalkan pendapatan dari berjualan di trotoar untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Oleh karena itu, mereka tidak ingin berhenti berjualan meskipun dilarang oleh Satpol PP. Selain itu, perbedaan politik juga dapat menjadi faktor penyebab konflik antara Satpol PP dan pedagang kaki lima. Satpol PP merupakan bagian dari pemerintah daerah yang bertanggung jawab untuk menjaga ketertiban dan keindahan kota. Mereka berusaha menegakkan peraturan dan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Namun, pedagang kaki lima seringkali memiliki hubungan politik yang kuat dengan pihak-pihak tertentu. Mereka dapat memanfaatkan hubungan politik mereka untuk melawan tindakan Satpol PP yang mengganggu kegiatan berjualan mereka. Dalam konflik antara Satpol PP dan pedagang kaki lima, perbedaan pendidikan juga dapat menjadi faktor penyebab. Satpol PP merupakan aparat yang dilatih dan dididik untuk menjaga ketertiban dan keamanan kota. Mereka memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik tentang peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Namun, pedagang kaki lima umumnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan mungkin tidak sepenuhnya memahami peraturan yang berlaku. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan antara kedua belah pihak. Dalam kesimpulan, konflik antara Satpol PP dan pedagang kaki lima di perkotaan disebabkan oleh perbedaan tujuan, perbedaan ekonomi, perbedaan politik, dan perbedaan pendidikan. Konflik ini mencerminkan adanya persaingan dan pertentangan kepentingan antara kedua belah pihak. Untuk mengatasi konflik ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif yang mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terlibat.