Pemikiran Sri Man dalam Karya Sastra Jaw

Sri Man adalah seorang penulis sastra Jawa yang memiliki pemikiran yang unik dan mendalam dalam karyanya. Salah satu contoh obyek yang dirasakan olehnya adalah istana, seperti keraton Kasunanan Surakarta dan keraton Mangkunegaran. Dalam kunjungannya ke istana-istana tersebut, Sri Man mengalami pengalaman yang berbeda dengan Pembesar yang baru saja mengijinkan kunjungan ke istana Pribuminya. Di keraton Mangkunegaran, Sri Man naik ke ruangan audiensi dan merasakan keagungan gamelan yang dimainkan oleh beberapa ratus pemain. Pemikiran Sri Man juga terkait dengan teori kebebasan kehendak. Menurutnya, kebebasan kehendak memiliki dua pengertian. Pertama, kebebasan memilih kemungkinan-kemungkinan. Ini berarti kemampuan seseorang untuk memilih berbagai tindakan. Kedua, kebebasan penentuan diri, yang berarti kebebasan yang tidak tergantung pada faktor luar, tetapi sesuai dengan dorongan batin dan cita-citanya sendiri. Selain itu, pemikiran Sri Man juga terkait dengan teori kritis. Teori kritis memiliki dua arti. Pertama, kritis terhadap ajaran-ajaran di bidang sosial yang ada pada waktu itu, termasuk juga Marxis ortodoks. Kedua, kritis terhadap masyarakat pada saat itu, yang perlu dirubah secara radikal. Menurut teori kritis, pengenalan tidak pernah terlepas dari atau terangkat dari aksi. Teori kritis menyadari bahwa kegiatan ilmiah pada dasarnya sama dengan memihak kepada suatu bentuk masyarakat tertentu. Oleh karena itu, teori kritis ingin memperjuangkan terwujudnya suatu masyarakat yang memiliki dasar rasional. Dalam pemikirannya, Sri Man menggunakan istilah "lontaran pemikiran" dan "peristiwa". Istilah-istilah ini menggambarkan pentingnya pemikiran dan peristiwa dalam karya sastra. Pemikiran dan peristiwa menjadi elemen penting dalam menciptakan karya sastra yang bermakna. Dengan pemikiran yang mendalam dan uniknya, Sri Man telah memberikan kontribusi yang berharga dalam sastra Jawa. Karya-karyanya mencerminkan pemikiran yang kritis dan kebebasan kehendak yang unik. Melalui karya sastranya, Sri Man mengajak pembaca untuk merenungkan pemikiran-pemikirannya dan memahami pentingnya pemikiran dan peristiwa dalam kehidupan.