Ria dan Siasat Cantik Menghadapi Kakak **

** Senja mulai merayap, menyelimuti rumah keluarga Natio dengan warna jingga lembut. Ria, si bungsu, tertidur pulas di kamarnya. Namun, saat ia terbangun, matanya mencari sosok kakak tertuanya, Shani. "Kak Shani mana?" gumam Ria, matanya mulai berkaca-kaca. Gracia dan Indah, kakak kedua dan ketiga Ria, mendengar tangisan adiknya. Segera mereka berlari naik ke lantai dua, menuju kamar Ria. Melihat Ria menangis, Gracia langsung memeluknya erat. "Kenapa, sayang?" tanya Gracia lembut. "Kak Shani nggak ada," jawab Ria, suaranya bergetar. Gracia tersenyum. "Tenang, Ria. Indah akan panggil Kak Shani. Kamu tunggu di sini ya," kata Gracia, lalu menunjuk Indah untuk memanggil Shani. Saat Indah berlari keluar, Gracia punya ide. "Ria, gimana kalau kita pura-pura ngambek ke Kak Shani?" usul Gracia. Ria mengangguk setuju. "Iya, Kak. Biar Kak Shani cepetan pulang," jawab Ria. Tak lama kemudian, Shani datang, diikuti oleh Indah. Ria langsung mengerucutkan bibirnya, pura-pura marah. Melihat Ria seperti itu, hati Shani langsung luluh. "Ria, maaf ya. Kakak tadi main sama teman-teman," kata Shani, suaranya penuh penyesalan. Ria pun akhirnya luluh. "Iya, Kak. Tapi, Kak Shani harus janji nggak ninggalin Ria lagi," kata Ria, sambil memeluk Shani erat. Shani tersenyum dan menggendong Ria. "Iya, sayang. Kakak janji," jawab Shani. Shani membawa Ria ke taman. Di sana, ternyata sudah ada teman-temannya. Ria pun ikut bermain bersama mereka, kebahagiaan kembali menyelimuti keluarga Natio. Ria belajar bahwa meskipun kadang merasa kesal, mengungkapkan perasaan dengan cara yang tepat akan membuat hubungan dengan kakak-kakaknya semakin erat.