Keruntuhan Dinasti Bani Umayyah: Hikmah yang Dapat Kita Ambil

Keruntuhan Dinasti Bani Umayyah adalah peristiwa penting dalam sejarah Islam yang memiliki banyak hikmah yang dapat kita ambil. Dinasti ini tidak bisa dilepaskan dari orang-orang Suriah, yang membentuk aristokrasi kelas sosial dan tingkatan masyarakat. Tentara Suriah menjadi jantung kekuatan militer Dinasti Umayyah dan memperoleh bagian terbesar dari harta rampasan. Hal ini mengakibatkan terjadinya kesenjangan sosial antara masyarakat Suriah dan golongan lainnya. Kesenjangan sosial ini memunculkan kecemburuan kaum Muslim Arab di Madinah, Mekah, dan Irak. Meskipun mereka dibebaskan dari beban membayar pajak yang dipikulkan kepada orang-orang Muslim non-Arab (Mawali) dan non-Muslim, kehidupan mereka tidak lebih baik dibandingkan dengan keluarga-keluarga Suriah. Kecemburuan yang lebih besar ditunjukkan oleh orang-orang Muslim non-Arab pada umumnya, dan lebih khusus lagi, orang-orang Islam Persia. Selain itu, Dinasti Bani Umayyah juga dibenci oleh golongan Syiah karena dipandang telah merampas kekhalifahan dari tangan Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Menurut golongan Syiah, kepemimpinan atau kekuasaan politik seharusnya menjadi hak Ali dan keturunannya karena diwasiatkan oleh Nabi Muhammad saw. Ketidakpuasan juga dirasakan oleh golongan non-Arab, terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, karena mereka merasa diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua. Golongan Mawali, yang merupakan pendatang baru dari bangsa-bangsa yang dikalahkan, merasa inferior dan ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah. Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-Muthalib menjadi pendorong utama keruntuhan Dinasti Bani Umayyah. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim, golongan Syiah, dan kaum Mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani Umayyah. Mereka merasa diperlakukan tidak adil dengan kelompok Arab dalam hal pembebanan pajak yang terlalu tinggi. Kelompok inilah yang mendukung gerakan revolusi Abbasiyah dan menjadi kekuatan baru untuk menggulingkan Dinasti Bani Umayyah. Keruntuhan Dinasti Bani Umayyah terjadi pada tahun 748 M dengan kemenangan pasukan Abul Abbas yang didukung oleh pasukan Abu Muslim al-Khurasani dalam pertempuran Zab Hulu melawan pasukan Khalifah Marwan. Kekalahan ini menandai akhir dari kekuasaan Dinasti Bani Umayyah dan dimulainya Dinasti Abbasiyah yang berlangsung dari tahun 750 M hingga 1258 M. Dari peristiwa keruntuhan Dinasti Bani Umayyah, kita dapat mengambil beberapa hikmah yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, kita tidak boleh rakus terhadap kekuasaan. Dinasti Bani Umayyah jatuh karena kecemburuan dan ketidakpuasan yang timbul akibat kesenjangan sosial dan perlakuan tidak adil terhadap golongan non-Arab. Kedua, kita tidak boleh boros dalam menggunakan uang negara. Keuangan negara yang tidak terkendali menjadi salah satu faktor yang menyebabkan keruntuhan Dinasti Bani Umayyah. Dengan memahami hikmah-hikmah ini, kita dapat belajar dari sejarah dan menerapkannya dalam kehidupan kita untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan.