Tindakan Seorang Dosen UNM yang Melanjutkan Pendidikan ke Singapura: Perspektif Hak Asasi Manusia dan Pancasil

Seorang dosen Universitas Negeri Makassar (UNM) memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke Singapura setelah mendapatkan tawaran pekerjaan yang menggiurkan. Keputusan ini didasarkan pada pertimbangan gaji yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang diterimanya saat ini, serta kesempatan untuk memperluas pengetahuan tentang keanekaragaman kekayaan laut dan migas di perairan Indonesia. Namun, keputusan sang dosen ini menimbulkan pertanyaan mengenai justifikasi tindakannya dari perspektif hak asasi manusia dan wawasan kebangsaan. Pertama-tama, mari kita lihat dari sisi hak asasi manusia. Sebagai manusia pribadi, setiap individu memiliki hak untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam hal ini, sang dosen memiliki hak untuk mencari pekerjaan yang memberikan gaji yang lebih baik dan kesempatan untuk mengembangkan diri. Keputusannya untuk menerima tawaran pekerjaan di Singapura dapat dibenarkan jika melihatnya dari perspektif hak asasi manusia ini. Namun, kita juga perlu mempertimbangkan dampak dari keputusan sang dosen terhadap wawasan kebangsaan. Pancasila sebagai nilai dan norma yang mengatur penyelenggaraan Negara Indonesia menekankan pentingnya kebersamaan, persatuan, dan kesetiaan terhadap tanah air. Dalam konteks ini, keputusan sang dosen untuk meninggalkan Indonesia dan menjadi warga negara Singapura dapat dipandang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Jika tindakan sang dosen dianggap bertentangan dengan Pancasila, tindakan hukum yang dapat diberikan kepada dosen tersebut dapat beragam tergantung pada kebijakan dan peraturan yang berlaku. Misalnya, pemerintah dapat memberikan sanksi administratif atau membatasi hak-hak tertentu bagi dosen tersebut. Namun, penting untuk memastikan bahwa tindakan hukum yang diambil tetap sejalan dengan prinsip-prinsip keadilan dan proporsionalitas. Dalam kesimpulan, keputusan sang dosen untuk melanjutkan pendidikan ke Singapura dan menerima tawaran pekerjaan yang menggiurkan dapat dibenarkan dari perspektif hak asasi manusia. Namun, tindakan tersebut juga perlu dipertimbangkan dari sudut pandang wawasan kebangsaan, terutama dalam konteks nilai-nilai Pancasila. Jika tindakan sang dosen dianggap bertentangan dengan Pancasila, tindakan hukum yang diambil haruslah sejalan dengan prinsip-prinsip keadilan dan proporsionalitas.