Keringat Dingin di Theater JKT48 **

Ria terbangun dengan rasa pusing yang menusuk kepalanya. Pandangannya masih kabur, ruangan putih di sekitarnya terasa berputar. Ingatan terakhirnya adalah sorak sorai penonton di theater JKT48, lalu... gelap. "Ria, kamu udah bangun?" Suara lembut Shani, kakaknya, terdengar di telinganya. Ria berusaha membuka matanya lebih lebar, mencoba fokus pada wajah Shani yang terlihat khawatir. "Kak... apa yang terjadi?" bisik Ria, suaranya serak. "Kamu pingsan di theater, Ria. Untungnya aku langsung bawa kamu ke UKS," jawab Shani, tangannya menggenggam erat tangan Ria. Ria mencoba mengingat kejadiannya. Keringat dingin menetes di dahinya. Ia ingat bagaimana jantungnya berdebar kencang saat tampil di atas panggung, rasa pusing yang tiba-tiba menyergapnya, dan kemudian... kegelapan. "Aku... aku takut, Kak," ujar Ria, air matanya mulai menetes. Shani mengusap lembut pipi Ria. "Tenang, Ria. Kamu udah baik-baik aja sekarang. Kamu cuma kelelahan, istirahat dulu ya." Ria mengangguk lemah. Ia masih merasa lemas, tubuhnya terasa berat. Namun, kehangatan tangan Shani dan suara lembutnya memberikannya rasa tenang. "Kak, aku mau cepat sembuh. Aku pengen balik ke theater lagi," kata Ria, suaranya sedikit lebih kuat. Shani tersenyum. "Tenang aja, Ria. Kamu pasti cepat sembuh. Kita istirahat dulu, nanti aku buatkan sup ayam kesukaan kamu." Ria tersenyum tipis. Ia tahu, Shani selalu ada untuknya. Shani adalah kakaknya, sahabatnya, dan tempatnya bergantung. Catatan:** Cerita ini menggambarkan rasa takut dan kelelahan yang dialami Ria setelah pingsan. Shani, sebagai kakak, memberikan dukungan dan rasa aman kepada Ria. Cerita ini menekankan pentingnya keluarga dan persahabatan dalam menghadapi kesulitan.