Menelusuri Jejak Kehidupan dan Kematian Nabi Ishaq dalam Al-Quran dan Hadits

Nabi Ishaq, putra Nabi Ibrahim yang dinanti-nantikan, merupakan sosok penting dalam tiga agama samawi: Islam, Kristen, dan Yahudi. Kisah hidupnya, yang terukir dalam kitab suci dan riwayat, mengajarkan tentang keimanan, ketaatan, dan kesabaran. Kehadirannya di dunia ini adalah bukti nyata dari janji Allah kepada Ibrahim dan Sarah, yang dikaruniai anak di usia senja.

Masa Muda yang Penuh Ujian Keimanan

Al-Quran mengisahkan Nabi Ishaq dengan penuh penghormatan, menyebutnya sebagai "pemuda yang saleh" dan "anugerah yang agung". Ia dibesarkan dalam rumah tangga yang penuh berkah, di bawah bimbingan Nabi Ibrahim. Keimanannya diuji sejak dini, terutama saat ia dipilih menjadi kurban dalam peristiwa penyembelihan yang diperintahkan Allah kepada ayahnya. Dalam kepasrahannya, Nabi Ishaq menunjukkan ketaatan mutlak kepada Allah dan kepercayaan penuh kepada kebijaksanaan ayahnya. Peristiwa ini menjadi tonggak penting dalam sejarah Islam, yang diperingati setiap tahun dalam Hari Raya Idul Adha.

Meneruskan Risalah Kenabian

Nabi Ishaq mewarisi tugas kenabian dari ayahnya, menyampaikan pesan Allah kepada umat manusia. Ia menyerukan tauhid, mengajak manusia untuk menyembah Allah semata dan meninggalkan segala bentuk kemusyrikan. Dakwahnya dipenuhi tantangan dan rintangan, namun Nabi Ishaq tetap teguh pada jalan yang lurus. Ia dikaruniai kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi kaumnya yang ingkar.

Keluarga dan Keturunan Nabi Ishaq

Nabi Ishaq dikaruniai dua putra kembar, yaitu Nabi Ya'qub dan Aish. Nabi Ya'qub kemudian melanjutkan garis keturunan kenabian, menjadi ayah dari dua belas putra yang kelak menjadi leluhur dua belas suku bangsa Israel. Melalui keturunan Nabi Ishaq, risalah kenabian terus mengalir, mencapai puncaknya pada Nabi Musa dengan kitab Taurat dan Nabi Isa dengan kitab Injil.

Teladan Kesabaran dan Ketaatan

Kisah hidup Nabi Ishaq sarat dengan pelajaran berharga. Ketaatannya kepada Allah dan ayahnya dalam peristiwa penyembelihan mengajarkan arti sejati dari kepasrahan dan keimanan. Kesabarannya dalam menghadapi cobaan hidup dan dakwahnya yang gigih mengajarkan tentang keteguhan dan kegigihan dalam menegakkan kebenaran.

Nabi Ishaq wafat di Hebron, Palestina, dan dimakamkan di samping makam ayahnya, Nabi Ibrahim, dan ibunya, Sarah. Makamnya menjadi bukti sejarah akan keberadaan dan perjuangannya dalam menyebarkan risalah Allah. Kisah hidupnya terus dikenang dan dipelajari, menginspirasi umat manusia untuk senantiasa beriman teguh, berakhlak mulia, dan mendekatkan diri kepada Allah.