Studi Komparatif Interpretasi 'Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in' Menurut Berbagai Mazhab Islam

Interpretasi Mazhab Sunni

Dalam mazhab Sunni, 'Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in' diartikan sebagai penegasan total ketaatan dan kebergantungan seorang Muslim kepada Allah. Frasa ini diterjemahkan secara harfiah menjadi "Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan". Dalam konteks ini, 'ibadah' atau penyembahan mencakup semua bentuk tindakan dan ucapan, baik lahir maupun batin, yang Allah cintai dan ridhai. Sementara itu, 'nasta'in' atau meminta pertolongan menunjukkan bahwa seorang Muslim hanya mengandalkan Allah dalam segala urusan hidupnya.

Interpretasi Mazhab Syi'ah

Mazhab Syi'ah memiliki interpretasi yang serupa dengan mazhab Sunni terkait 'Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in'. Namun, mereka menambahkan penekanan pada konsep 'wilayah' atau otoritas spiritual dan politik Imam dalam interpretasinya. Dalam konteks ini, 'ibadah' dan 'nasta'in' tidak hanya ditujukan kepada Allah, tetapi juga kepada Imam yang dianggap sebagai perantara antara Allah dan umat manusia. Oleh karena itu, dalam mazhab Syi'ah, frasa ini juga bisa diartikan sebagai "Hanya Engkaulah dan Imam-Mu yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah dan Imam-Mu kami meminta pertolongan".

Interpretasi Mazhab Sufi

Dalam mazhab Sufi, 'Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in' diinterpretasikan dalam konteks pencarian spiritual dan pengalaman mistis. 'Ibadah' atau penyembahan dipahami sebagai proses penyucian diri dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Sementara itu, 'nasta'in' atau meminta pertolongan dipahami sebagai permohonan bantuan dalam proses pencarian spiritual tersebut. Oleh karena itu, dalam mazhab Sufi, frasa ini bisa diartikan sebagai "Hanya Engkaulah yang kami sembah dalam pencarian spiritual kami dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan dalam proses tersebut".

Interpretasi Mazhab Mu'tazilah

Mazhab Mu'tazilah, yang dikenal dengan penekanannya pada akal dan rasionalitas, memiliki interpretasi yang unik terhadap 'Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in'. Menurut mereka, 'ibadah' atau penyembahan adalah tindakan rasional yang dilakukan oleh seorang Muslim setelah memahami dan menerima kebenaran agama Islam melalui akalnya. Sementara itu, 'nasta'in' atau meminta pertolongan dipahami sebagai permohonan bantuan dalam menggunakan akal untuk memahami dan menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan. Oleh karena itu, dalam mazhab Mu'tazilah, frasa ini bisa diartikan sebagai "Hanya Engkaulah yang kami sembah setelah memahami kebenaran-Mu dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan dalam menggunakan akal kami".

Dalam penutup, 'Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in' adalah frasa yang memiliki makna yang mendalam dan beragam dalam Islam, tergantung pada interpretasi mazhab tertentu. Meskipun ada perbedaan dalam interpretasi, semua mazhab sepakat bahwa frasa ini adalah penegasan ketaatan dan kebergantungan seorang Muslim kepada Allah.