Menelusuri Jejak Pemikiran Moh Hatta dalam Rumusan Pancasila

Mohammad Hatta, sang proklamator kemerdekaan Indonesia, memiliki peran sentral dalam perumusan Pancasila, dasar negara Republik Indonesia. Pemikirannya yang bernas dan visinya yang jauh ke depan telah membentuk fondasi ideologi bangsa ini. Menelusuri jejak pemikiran Hatta dalam rumusan Pancasila adalah upaya penting untuk memahami esensi dan makna mendalam dari nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

Nasionalisme dan Internasionalisme dalam Bingkai Kebangsaan

Hatta adalah seorang nasionalis sejati. Ia meyakini bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak segala bangsa dan menjadi kunci bagi terwujudnya keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat. Namun, nasionalisme Hatta tidaklah sempit. Ia juga seorang internasionalis yang menjunjung tinggi perdamaian dunia dan kerjasama antar bangsa. Baginya, nasionalisme dan internasionalisme bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan saling melengkapi.

Pemikiran Hatta ini tercermin dalam rumusan Pancasila, khususnya sila "Ketuhanan Yang Maha Esa" dan "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab". Sila pertama mencerminkan keyakinan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sementara sila kedua menegaskan komitmen bangsa untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal. Keduanya merupakan landasan bagi terwujudnya perdamaian dan kerjasama antar bangsa.

Keadilan Sosial sebagai Pilar Utama

Sebagai seorang sosialis demokrat, Hatta sangat peduli terhadap keadilan sosial. Ia bercita-cita membangun Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Ia meyakini bahwa kemerdekaan politik harus disertai dengan kemerdekaan ekonomi. Kesenjangan sosial dan eksploitasi ekonomi harus dihapuskan agar tercipta masyarakat yang adil dan sejahtera.

Pemikiran Hatta tentang keadilan sosial tertuang dalam sila "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia". Sila ini mengandung makna bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan perlakuan yang adil dan merata di segala bidang kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi, hukum, maupun sosial budaya.

Demokrasi Kerakyatan yang Berkedaulatan Rakyat

Hatta adalah seorang demokrat sejati. Ia percaya bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan pemerintahan haruslah berdasarkan kehendak rakyat. Ia menolak segala bentuk otoritarianisme dan penindasan. Baginya, demokrasi adalah sistem pemerintahan yang paling sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Prinsip demokrasi kerakyatan tercermin dalam sila "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan". Sila ini mengamanatkan agar segala keputusan penting diambil melalui proses musyawarah mufakat yang melibatkan seluruh elemen bangsa.

Persatuan dalam Keberagaman

Indonesia adalah negara kepulauan dengan beragam suku, budaya, bahasa, dan agama. Hatta menyadari bahwa persatuan dan kesatuan bangsa adalah modal utama dalam membangun Indonesia. Ia menekankan pentingnya sikap toleransi, saling menghormati, dan gotong royong antar sesama warga negara.

Semangat persatuan dalam keberagaman ini tertuang dalam sila "Persatuan Indonesia". Sila ini merupakan panggilan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu padu, bahu membahu, dan saling mendukung dalam membangun bangsa dan negara.

Pemikiran Mohammad Hatta dalam rumusan Pancasila merupakan warisan berharga bagi bangsa Indonesia. Nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, seperti Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial, tetap relevan dan menjadi landasan moral dalam membangun Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Mempelajari dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila adalah tugas dan tanggung jawab setiap warga negara Indonesia.