Syukurlah, Sebuah Kesalahpahaman **

Malam itu, keluarga Garula, Glacias, Lia, dan Gabriel berkumpul untuk makan malam. Suasana hangat menyelimuti mereka, hingga Lia tiba-tiba mengumumkan, "Aku punya pacar." Garula, yang sedang minum, langsung menyemburkan airnya karena terkejut. Glacias pun tercengang. "Itu pria, kan?" tanya Glacias. Lia menjawab dengan nada heran, "Tentu saja, kenapa menanyakan hal yang jelas?" Gabriel, yang selama ini diam, tiba-tiba bersuara, "Tentu mereka terkejut. Anggota keluarga yang terlihat dan bersikap seperti fagot, memakai pakaian maskulin dan potongan pendek, selalu bersama kawan wanitamu, dan kau ialah yang paling terlihat gay di sini." Glacias langsung lega, "Syukurlah, kukira putriku itu lesbian." Garula, yang juga merasa lega, langsung berpelukan dengan Glacias. "Aku terharu, si paling homo bukan homo. Syukurlah," ucapnya. Lia, yang merasa muak dengan percakapan mereka, langsung kembali ke kamar. Refleksi:** Kisah ini menunjukkan bagaimana prasangka dan stereotip dapat memengaruhi persepsi kita terhadap orang lain. Keluarga Lia, yang terbiasa dengan citra maskulin Gabriel, langsung berasumsi bahwa Lia adalah lesbian. Mereka melupakan bahwa orientasi seksual seseorang tidak selalu dapat ditentukan dari penampilan atau perilaku. Kisah ini juga mengingatkan kita bahwa penting untuk menghargai perbedaan dan tidak menghakimi orang lain berdasarkan prasangka. Kita harus belajar untuk menerima dan memahami bahwa setiap orang memiliki hak untuk memilih jalan hidupnya sendiri, tanpa harus dihakimi oleh orang lain.