Konsep Fitrah Manusia dalam Perspektif Islam dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam

Dalam perspektif Islam, konsep fitrah manusia mengacu pada hakikat manusia yang telah ditentukan oleh Allah SWT sejak awal. Fitrah manusia mencakup sifat-sifat dasar yang melekat pada setiap individu, seperti kecenderungan untuk beriman kepada Tuhan, memiliki rasa keadilan, dan memiliki naluri moral. Konsep fitrah manusia dalam Islam menekankan bahwa setiap individu dilahirkan dengan potensi untuk mengenal dan beribadah kepada Allah SWT. Hakikat dan fungsi manusia dalam kehidupan juga sangat penting dalam Islam. Manusia dianggap sebagai khalifah Allah di bumi yang bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara alam semesta serta berinteraksi dengan sesama makhluk ciptaan Allah. Fungsi manusia dalam kehidupan adalah untuk beribadah kepada Allah, mengembangkan potensi diri, dan berkontribusi dalam membangun masyarakat yang adil dan harmonis. Relevansi konsep fitrah manusia dengan pendidikan Islam sangatlah penting. Pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan yang benar, dan mampu mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memahami konsep fitrah manusia, pendidikan Islam dapat membantu individu mengembangkan potensi diri sesuai dengan fitrah yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan berbangsa dan bernegara, sikap toleransi antar umat beragama sangatlah penting. Sikap toleransi dapat diimplementasikan dengan menghormati perbedaan agama, ras, dan adat istiadat. Dalam bingkai tunggal IKA (Indonesia Kerukunan Antar Umat Beragama), sikap toleransi dapat diperkuat dengan moderasi beragama. Moderasi beragama mengajarkan individu untuk menjalankan agama dengan seimbang, menghormati perbedaan, dan menjaga kerukunan antar umat beragama. Islam bukan hanya agama yang menghubungkan manusia dengan Tuhan, tetapi juga memberikan tuntunan dalam membentuk tata kehidupan yang baik. Islam mengajarkan untuk menghargai sesama makhluk ciptaan Allah dan menjalin hubungan yang baik dengan sesama manusia. Oleh karena itu, Islam dihubungkan sebagai moral dan kemanusiaan karena mengajarkan nilai-nilai moral yang tinggi dan mendorong individu untuk berperilaku baik terhadap sesama. Setelah berakhirnya khulafaur Rasyidin, pemerintahan diganti dengan sistem dinasti yang dilakukan secara turun temurun. Peralihan kekuasaan khalifah pada masa khulafaur Rasyidin ke dinasti Umayah dan dinasti Abasiyah melibatkan proses tahkim atau arbitrase. Tahkim adalah proses penyelesaian sengketa antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan. Keputusan tahkim tersebut mempengaruhi peralihan kekuasaan dan membentuk dinasti Umayah. Islamisasi di Bumi Nusantara terjadi melalui jalan damai. Agama Islam lebih mudah diterima dibandingkan dengan agama sebelumnya karena pendekatan yang damai dan pengaruh dari pedagang Muslim yang datang ke Nusantara. Faktor-faktor seperti keindahan ajaran Islam, kemudahan dalam beribadah, dan keadilan sosial yang diajarkan oleh Islam juga mendukung perkembangan Islam di Nusantara. Dalam kesimpulan, konsep fitrah manusia dalam perspektif Islam memiliki relevansi yang kuat dengan pendidikan Islam. Konsep ini mengajarkan nilai-nilai moral dan mengembangkan potensi diri sesuai dengan fitrah yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Sikap toleransi antar umat beragama dan moderasi beragama juga penting dalam membangun kerukunan antar umat beragama. Islam juga dihubungkan sebagai moral dan kemanusiaan karena mengajarkan nilai-nilai moral yang tinggi. Peralihan kekuasaan pada masa khulafaur Rasyidin ke dinasti Umayah dan dinasti Abasiyah melibatkan proses tahkim atau arbitrase. Islamisasi di Bumi Nusantara terjadi melalui jalan damai dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti keindahan ajaran Islam dan keadilan sosial yang diajarkan oleh Islam.