Ketika Rasa Lapar Bertemu Kebutuhan Akan Cinta **
Mentari sore mulai meredup, menyapa langit dengan warna jingga lembut. Di sudut gang kecil, seorang anak laki-laki kurus, tak lebih dari 10 tahun, duduk terduduk di atas trotoar. Matanya kosong, menatap jalanan yang ramai dengan orang-orang berlalu lalang. Di tangannya, ia menggenggam sepotong roti kering, sisa makanan dari warung makan di seberang jalan. Rasa lapar menggerogoti perutnya, namun ia tak berani meminta lebih. Ia tahu, orang-orang yang lewat tak akan peduli dengan nasibnya. Ia hanya seorang anak jalanan, tak punya tempat berteduh, tak punya keluarga, tak punya apa-apa. Namun, di tengah keputusasaan, sebuah tangan kecil menyentuh bahunya. Seorang gadis kecil, tak lebih tua darinya, berdiri di hadapannya, membawa sepiring nasi hangat dan sepotong ayam goreng. "Mau makan?" tanya gadis itu dengan senyum manis. Anak laki-laki itu terdiam, matanya berkaca-kaca. Ia tak pernah merasakan kebaikan seperti ini sebelumnya. Ia mengangguk pelan, menerima makanan itu dengan tangan gemetar. Gadis itu duduk di sampingnya, menemaninya makan. Mereka tak banyak bicara, namun senyum dan tatapan hangat mereka saling menghibur. Di tengah rasa lapar yang terpuaskan, anak laki-laki itu merasakan sesuatu yang baru. Sebuah rasa hangat, sebuah rasa aman, sebuah rasa dicintai. Ia merasakan kebutuhan akan kasih sayang, sebuah kebutuhan yang tak kalah pentingnya dengan kebutuhan akan makanan. Kisah ini mengingatkan kita bahwa kebutuhan manusia tak hanya sebatas kebutuhan fisik, seperti makan, minum, dan tempat tinggal. Ada kebutuhan lain yang tak kalah penting, yaitu kebutuhan akan kasih sayang, rasa aman, dan rasa diterima. Ketika kita melihat orang-orang yang membutuhkan, jangan hanya melihat kebutuhan fisik mereka. Lihatlah juga kebutuhan emosional mereka. Berikan mereka kasih sayang, perhatian, dan rasa aman. Karena, kasih sayang adalah kebutuhan dasar manusia yang tak kalah pentingnya dengan kebutuhan fisik.
3 (131 suara) 
