Usaha untuk Memperbaiki Perekonomian Indonesia pada Era Awal Kemerdekaa

Pada era awal kemerdekaan, Indonesia menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang signifikan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperbaiki perekonomian adalah melalui kebijakan Gunting Syafruddin yang dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada 19 Maret 1950. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar nilainya seimbang dengan jumlah barang yang tersedia. Dengan cara ini, rakyat kecil tidak lagi terpinggirkan karena yang memiliki uang Rp2.500 ke atas hanya orang kelas menengah dan kelas atas. Selain itu, Menteri Perdagangan Dr. Sumitro Joyohadikusumo memprakarsai Gerakan Benteng yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada pengusaha pribumi yang bermodal lemah untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional. Program ini memberikan bantuan kredit kepada pengusaha tersebut agar mereka dapat berkembang dan maju. Namun, program ini tidak berhasil mencapai tujuannya karena para pribumi sangat bergantung kepada pemerintah dan kurang mandiri dalam mengembangkan usahanya. Pada akhir tahun 1951, pemerintah Republik Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia. Tujuan dari nasionalisasi ini adalah menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor serta melakukan penghematan secara drastis. Langkah ini diambil seiring dengan meningkatnya rasa nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia. Selain itu, Menteri Perekonomian Mr. Iskaq Cokrohadisuryo memprakarsai sistem ekonomi Ali-Baba yang bertujuan untuk memajukan pengusaha pribumi dengan cara bekerja sama dengan pengusaha nonpribumi. Namun, sistem ini mengalami kegagalan karena pengusaha nonpribumi lebih berpengalaman dalam memperoleh bantuan kredit. Terakhir, pada masa pemerintahan Kabinet Burhanuddin Harahap, Indonesia mengirimkan delegasi ke Jenewa untuk merundingkan masalah finansial ekonomi antara pihak Indonesia dan Belanda. Pada tanggal 7 Januari 1956, dicapai kesepakatan rencana persetujuan finek yang memutuskan pembubaran persetujuan finek hasil KMB, hubungan finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral, dan hubungan finek didasarkan pada Undang-Undang Nasional. Namun, pemerintah Belanda tidak mau menandatangani rencana tersebut, sehingga pemerintah RI membubarkan Uni Indonesia-Belanda secara sepihak untuk melepaskan diri dari keterikatan ekonomi dengan Belanda. Dari berbagai upaya yang dilakukan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemerintah Indonesia pada era awal kemerdekaan berusaha keras untuk memperbaiki perekonomian dengan berbagai kebijakan dan program. Meskipun beberapa program tidak berhasil mencapai tujuannya, namun upaya-upaya tersebut menunjukkan komitmen pemerintah dalam mengatasi tantangan ekonomi dan memajukan perekonomian Indonesia.