Angsa Emas dan Ketamakan Manusia **

** Di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang petani miskin bernama Pak Johan. Ia hidup sederhana bersama istrinya, hanya mengandalkan hasil panen dari ladang kecilnya. Suatu hari, saat Pak Johan sedang memeriksa kandang ayamnya, ia menemukan sebuah telur yang berkilauan aneh. Telur itu berwarna emas pekat, dan terasa berat saat dipegang. Pak Johan dan istrinya tercengang, tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Mereka memutuskan untuk menjual telur itu, berharap bisa mendapatkan uang yang cukup untuk membeli tanah baru dan hidup lebih sejahtera. Namun, saat mereka membawa telur itu ke pasar, para pedagang menolak untuk membelinya. Mereka menganggap telur itu palsu, dan menuduh Pak Johan menipu. Kecewa, Pak Johan dan istrinya pulang dengan tangan kosong. Keesokan harinya, Pak Johan kembali ke kandang ayamnya. Kali ini, ia menemukan dua telur emas. Ia semakin yakin bahwa telur-telur itu adalah harta karun yang bisa mengubah hidupnya. Ia memutuskan untuk menyembunyikan telur-telur itu, dan tidak memberitahu siapa pun. Setiap hari, Pak Johan diam-diam mengumpulkan telur emas, berharap bisa mendapatkan kekayaan yang melimpah. Namun, semakin banyak telur emas yang dikumpulkan, semakin tamak hati Pak Johan. Ia mulai melupakan istrinya, dan menghabiskan waktu untuk menghitung harta bendanya. Ia juga menjadi kasar dan tidak ramah kepada tetangganya. Ia lupa bahwa kekayaan sejati bukanlah harta benda, melainkan kebahagiaan dan kasih sayang. Suatu hari, Pak Johan mendengar kabar bahwa seorang raja dari kerajaan tetangga sedang mencari angsa yang bertelur emas. Pak Johan langsung teringat pada telur-telur emas yang ia kumpulkan. Ia yakin bahwa angsa itu adalah sumber dari telur-telur tersebut. Ia pun memutuskan untuk menjual angsa itu kepada raja, berharap bisa mendapatkan kekayaan yang lebih besar. Pak Johan pergi ke hutan, mencari angsa yang bertelur emas. Ia mencari di setiap sudut hutan, namun tak kunjung menemukannya. Akhirnya, ia bertemu dengan seorang penebang kayu tua yang sedang beristirahat di bawah pohon besar. Pak Johan bertanya kepada penebang kayu itu tentang angsa yang bertelur emas. Penebang kayu itu tersenyum dan berkata, "Angsa yang bertelur emas itu bukanlah hewan biasa. Ia adalah makhluk ajaib yang hanya bisa ditemukan oleh orang yang memiliki hati yang tulus dan tidak tamak. Jika kau ingin menemukannya, kau harus belajar untuk menghargai apa yang sudah kau miliki, dan berbagi dengan orang lain." Pak Johan terdiam mendengar kata-kata penebang kayu itu. Ia menyadari bahwa ketamakannya telah membuatnya kehilangan kebahagiaan dan kasih sayang. Ia pun memutuskan untuk kembali ke rumahnya, dan meminta maaf kepada istrinya. Ia juga berjanji untuk berbagi harta bendanya dengan orang-orang yang membutuhkan. Pak Johan kembali ke kandang ayamnya, dan menemukan angsa yang bertelur emas sedang bertengger di atas sarangnya. Ia memeluk angsa itu dengan penuh kasih sayang, dan berjanji untuk menjaganya dengan baik. Ia menyadari bahwa kekayaan sejati bukanlah harta benda, melainkan kebahagiaan dan kasih sayang. Ia juga menyadari bahwa angsa yang bertelur emas bukanlah sumber kekayaan, melainkan simbol dari kebaikan dan kerendahan hati. Sejak saat itu, Pak Johan hidup bahagia bersama istrinya. Ia berbagi harta bendanya dengan orang-orang yang membutuhkan, dan selalu ingat untuk menghargai apa yang sudah ia miliki. Ia juga selalu menjaga angsa yang bertelur emas, sebagai simbol dari kebaikan dan kerendahan hati.