Konflik Antara Kepentingan Penguasa dan Keyakinan Rakyat dalam Cerpen 'Serum'

Dalam cerpen "Serum" karya Yurizal K.W., terdapat sebuah potret masyarakat yang menghormati tanah leluhur sebagai tanah kelahiran dan kematian. Namun, di balik keinginan sang penguasa untuk pembangunan, terdapat seorang manusia bernama Cik Ledo yang tidak mau meninggalkan tempat tinggalnya atas alasan almarhum sang anak. Konflik menarik pun terjadi antara kepentingan penguasa dan keyakinan seorang rakyat. Cerpen ini merekam perilaku aparat yang ofensif terhadap rakyat, di mana komunikasi dianggap sebagai biang keladi. Meskipun demikian, Cik Ledo akhirnya berada dalam pihak yang kalah. Tindakan anarkis, seperti menculik, digunakan oleh penguasa untuk meredam "si pembangkang". Intrik konflik dalam cerpen ini membangun suasana keprihatinan atas nasib rakyat kecil, dengan pertanyaan terselubung mengenai apakah rakyat kecil tidak boleh memiliki keinginan atau apakah kekerasan harus digunakan untuk meredamnya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin dramatis pada akhir cerpen dengan kematian Cik Ledo dan istrinya. Proses kematian mereka digambarkan dengan indah, di mana Cik Ledo melihat suaminya tengah membangun kembali rumahnya di tengah lautan yang tenggelam, sementara istrinya bermain ayunan yang talinya digantungkan ke bulan purnama. Kebahagiaan dan harapan bagi anak-anak kecil mungkin hanya dapat ditemukan di alam sana. Cerpen "Serum" tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga memberikan manfaat bagi pembacanya. Melalui potret manusia dalam cerpen ini, pembaca dapat melihat ke sekelilingnya dan merenungkan kondisi yang ada. Jenis artikel ini adalah ulasan cerpen, di mana penulis mengulas konflik antara kepentingan penguasa dan keyakinan rakyat dalam cerpen "Serum" karya Yurizal K.W.