Konsep Penyerahan Kekuasaan dalam Supersemar yang Ditolak oleh Presiden Soekarno

Pada tanggal 11 Februari 1967, Mayjend Soeharto mengeluarkan konsep penyerahan kekuasaan melalui Supersemar yang ditujukan kepada pengemban Supersemar tersebut. Namun, konsep ini ditolak oleh Presiden Soekarno. Konsep penyerahan kekuasaan ini merupakan salah satu momen penting dalam sejarah politik Indonesia yang memiliki dampak yang signifikan pada masa depan negara. Supersemar, singkatan dari Surat Perintah Sebelas Maret, adalah surat perintah yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966. Surat ini memberikan kekuasaan penuh kepada Mayjend Soeharto untuk mengatasi situasi politik yang kacau di Indonesia pada saat itu. Supersemar menjadi tonggak penting dalam perubahan politik di Indonesia, karena memberikan kekuasaan yang besar kepada Soeharto dan mengubah dinamika kekuasaan di negara ini. Namun, pada tanggal 11 Februari 1967, Soeharto mengeluarkan konsep penyerahan kekuasaan kepada pengemban Supersemar tersebut. Konsep ini bertujuan untuk mengatur dan memperjelas peran dan tanggung jawab pengemban Supersemar dalam menjalankan kekuasaan yang diberikan oleh Presiden Soekarno. Namun, konsep ini ditolak oleh Soekarno dengan alasan bahwa Supersemar sudah memberikan kekuasaan yang cukup kepada Soeharto dan tidak perlu ada konsep penyerahan kekuasaan tambahan. Penolakan Soekarno terhadap konsep penyerahan kekuasaan ini menunjukkan adanya perbedaan pandangan antara Soekarno dan Soeharto dalam mengelola kekuasaan yang diberikan oleh Supersemar. Soekarno berpendapat bahwa Supersemar sudah memberikan kekuasaan yang cukup kepada Soeharto dan tidak perlu ada penyerahan kekuasaan tambahan. Sementara itu, Soeharto berpendapat bahwa konsep penyerahan kekuasaan ini penting untuk mengatur dan memperjelas peran dan tanggung jawab pengemban Supersemar. Penolakan Soekarno terhadap konsep penyerahan kekuasaan ini juga menunjukkan adanya ketegangan politik antara Soekarno dan Soeharto pada saat itu. Ketegangan politik ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan politik di Indonesia dan akhirnya mengarah pada penggantian Soekarno dengan Soeharto sebagai Presiden Indonesia. Dalam konteks sejarah politik Indonesia, konsep penyerahan kekuasaan dalam Supersemar yang ditolak oleh Soekarno merupakan momen yang penting. Konsep ini mencerminkan perbedaan pandangan dan ketegangan politik antara Soekarno dan Soeharto pada saat itu. Meskipun ditolak oleh Soekarno, konsep ini tetap menjadi bagian dari sejarah politik Indonesia dan memberikan wawasan yang berharga tentang dinamika kekuasaan di negara ini.