Dari 'Take It For Granted' ke Apresiasi: Sebuah Refleksi tentang Sikap dan Perilaku Manusia

Seringkali, kita menjalani hidup tanpa menyadari betapa beruntungnya kita. Kita terlena dalam rutinitas, dikelilingi oleh orang-orang terkasih, dan menikmati berbagai kemudahan yang tersedia. Tanpa sadar, kita mulai menerima semua ini begitu saja, menganggapnya sebagai sesuatu yang sudah seharusnya. Sikap "take it for granted" ini, sayangnya, adalah sifat manusia yang umum terjadi. Kita cenderung lebih fokus pada apa yang kurang, daripada mensyukuri apa yang telah kita miliki.

Menelusuri Akar dari "Take It For Granted"

Mengapa kita begitu mudah mengambil sesuatu begitu saja? Jawabannya kompleks dan beragam, berakar pada psikologi manusia, norma sosial, dan pengalaman pribadi. Salah satu faktornya adalah hedonic adaptation, yaitu kecenderungan manusia untuk terbiasa dengan hal-hal baik dalam hidup. Kesenangan yang kita rasakan saat pertama kali mencapai sesuatu atau mendapatkan sesuatu yang baru akan memudar seiring berjalannya waktu. Kita beradaptasi, dan hal tersebut menjadi hal yang biasa.

Faktor lain adalah kesibukan dan distraksi. Di era modern yang serba cepat ini, kita terus-menerus dibombardir dengan informasi dan tuntutan. Perhatian kita terpecah-pecah, dan kita sering kali terlalu sibuk mengejar tujuan berikutnya sehingga lupa untuk menghargai momen saat ini dan orang-orang di sekitar kita.

Dampak Buruk dari Sikap "Take It For Granted"

Tanpa kita sadari, sikap "take it for granted" dapat memiliki dampak yang merugikan, baik bagi diri sendiri maupun hubungan kita dengan orang lain. Ketika kita tidak menghargai apa yang kita miliki, kita menjadi rentan terhadap rasa tidak puas dan tidak bahagia. Kita selalu menginginkan lebih, tanpa pernah merasa cukup.

Lebih jauh lagi, sikap ini dapat merusak hubungan kita dengan orang-orang terdekat. Ketika kita menganggap remeh pasangan, keluarga, dan teman, kita berhenti menunjukkan rasa syukur dan apresiasi kita kepada mereka. Hal ini dapat menyebabkan mereka merasa tidak dihargai dan tidak dicintai, yang pada akhirnya dapat merusak hubungan tersebut.

Menuju Apresiasi: Mengubah Perspektif

Kabar baiknya adalah kita dapat belajar untuk keluar dari sikap "take it for granted" dan mengembangkan rasa syukur yang lebih besar dalam hidup. Langkah pertama adalah dengan menyadari kecenderungan kita untuk mengambil sesuatu begitu saja. Cobalah untuk lebih memperhatikan pikiran dan perasaan Anda. Kapan terakhir kali Anda benar-benar menghargai sesuatu yang baik dalam hidup Anda?

Selanjutnya, latihlah rasa syukur secara aktif. Luangkan waktu setiap hari untuk merenungkan hal-hal baik dalam hidup Anda, sekecil apa pun. Tuliskan dalam jurnal, bagikan dengan orang yang Anda cintai, atau cukup renungkan dalam hati. Semakin Anda fokus pada hal-hal yang Anda syukuri, semakin besar kemungkinan Anda untuk merasakan dampak positifnya dalam hidup Anda.

Menumbuhkan Apresiasi dalam Kehidupan Sehari-hari

Apresiasi bukan hanya tentang merasa bersyukur, tetapi juga tentang menunjukkannya melalui tindakan. Ekspresikan rasa terima kasih Anda kepada orang-orang yang Anda cintai, baik melalui kata-kata maupun tindakan. Hargai usaha mereka, berikan pujian, dan luangkan waktu untuk menunjukkan bahwa Anda peduli.

Selain itu, cobalah untuk lebih hadir dalam momen saat ini. Daripada terus-menerus memikirkan masa lalu atau mengkhawatirkan masa depan, fokuslah pada apa yang sedang terjadi di sekitar Anda. Nikmati hal-hal sederhana, seperti secangkir kopi hangat di pagi hari atau percakapan yang bermakna dengan orang yang Anda cintai.

Beralih dari sikap "take it for granted" ke apresiasi adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir. Akan ada hari-hari ketika Anda merasa sulit untuk melihat sisi baiknya. Namun, dengan latihan dan kesadaran diri, Anda dapat menumbuhkan rasa syukur yang lebih besar dalam hidup Anda dan menuai manfaatnya. Ingatlah bahwa kebahagiaan sejati bukanlah tentang memiliki segalanya, tetapi tentang menghargai apa yang telah Anda miliki.