Perlawanan Rakyat Sulawesi Selatan dan Peristiwa Westerling: Sebuah Kebangkitan dan Konflik

Perlawanan rakyat Sulawesi Selatan terhadap penjajahan Belanda pada tahun 1946 merupakan salah satu kejadian penting dalam sejarah Indonesia. Peristiwa ini terjadi dalam konteks Konferensi Malino (16-22 Juli 1946) dan Perjanjian Linggarjati (1-12 Oktober 1946), yang menghasilkan pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT). Konferensi-konferensi ini menggagas pembentukan NIT sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat kedaulatan Indonesia. Namun, pembentukan NIT menghadapi penolakan dari kaum republikan yang menghendaki bentuk negara persatuan. Untuk mengatasi ketegangan ini, Gubernur Sulawesi Selatan, dr. Sam Ratulangi, membentuk Pusat Pemuda Nasional Indonesia (PPNI) dengan ketua Manai Sophiaan. Organisasi ini menjadi wadah bagi pemuda untuk memperjuangkan hak-hak mereka dan memperkuat perlawanan terhadap penjajahan. Peristiwa Westerling pada tanggal 7 Desember 1946 di Makassar, Sulawesi Selatan, juga menjadi bagian penting dari perlawanan rakyat Sulawesi Selatan. Westerling, seorang perwira Belanda, memimpin operasi militer yang dikenal sebagai "Operasi Westerling" untuk mengendalikan wilayah tersebut. Namun, operasi ini mengakibatkan korban jiwa dan kekerasan yang memicu kemarahan rakyat Sulawesi Selatan. Perlawanan rakyat Sulawesi Selatan dan peristiwa Westerling menunjukkan semangat dan tekad bangsaan untuk memperjuangkan kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia. Meskipun menghadapi berbagai rintangan dan tantangan, perlawanan ini menjadi bagian penting dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia.