Pengaruh Primordialisme terhadap Kebijakan Publik di Indonesia

Primordialisme, atau semangat kesaktian kelompok berdasarkan sentimen kesukuan, agama, ras, dan antargolongan (SARA), telah menjadi fenomena yang mengakar kuat dalam masyarakat Indonesia. Sejak masa pra-kolonial, ikatan-ikatan primordial telah memainkan peran penting dalam membentuk interaksi sosial, politik, dan ekonomi. Namun, dalam konteks Indonesia modern, primordialisme juga memunculkan tantangan kompleks, khususnya dalam ranah kebijakan publik.

Manifestasi Primordialisme dalam Kebijakan Publik

Pengaruh primordialisme dalam kebijakan publik di Indonesia dapat diamati melalui berbagai manifestasi. Salah satu yang paling mencolok adalah munculnya kebijakan yang lebih memihak pada kepentingan kelompok tertentu, baik berdasarkan suku, agama, maupun ras. Fenomena ini seringkali didorong oleh tekanan politik dari kelompok mayoritas atau kelompok yang memiliki pengaruh signifikan dalam pemerintahan. Akibatnya, kebijakan yang dihasilkan cenderung mengabaikan prinsip keadilan dan kesetaraan bagi seluruh warga negara.

Selain itu, primordialisme juga dapat menghambat efektivitas implementasi kebijakan publik. Program-program pemerintah yang dirancang untuk kepentingan nasional seringkali terhambat oleh resistensi dari kelompok-kelompok primordial yang merasa kepentingannya terancam. Hal ini dapat menciptakan konflik horizontal dan menghambat upaya pembangunan yang inklusif.

Dampak Primordialisme terhadap Tata Kelola Pemerintahan

Primordialisme memiliki dampak yang signifikan terhadap tata kelola pemerintahan di Indonesia. Praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) seringkali berakar dari ikatan-ikatan primordial. Pejabat publik cenderung memprioritaskan kepentingan kelompoknya sendiri, baik dalam hal alokasi anggaran maupun pengisian jabatan publik. Hal ini menciptakan sistem pemerintahan yang tidak transparan dan akuntabel, serta melemahkan kepercayaan publik terhadap pemerintah.

Lebih lanjut, primordialisme juga dapat memicu munculnya politik identitas yang memecah belah. Dalam kontestasi politik, sentimen primordial kerap kali dieksploitasi untuk memobilisasi massa dan meraih dukungan. Hal ini menciptakan polarisasi di masyarakat dan menghambat terciptanya persatuan nasional.

Upaya Meredam Pengaruh Primordialisme

Meredam pengaruh primordialisme dalam kebijakan publik merupakan sebuah keniscayaan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan berkeadilan di Indonesia. Upaya ini membutuhkan komitmen dan sinergi dari berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat sipil, maupun individu.

Penguatan pendidikan kewarganegaraan yang inklusif dan berbasis nilai-nilai Pancasila menjadi langkah krusial dalam mengatasi primordialisme. Pendidikan harus mampu menanamkan nilai-nilai toleransi, persatuan, dan kesetaraan sejak dini. Selain itu, penegakan hukum yang tegas dan berkeadilan terhadap segala bentuk diskriminasi dan intoleransi juga harus menjadi prioritas.

Di samping itu, penguatan peran media massa dan organisasi masyarakat sipil dalam mempromosikan dialog antarbudaya dan toleransi juga sangat penting. Media massa memiliki peran strategis dalam membentuk opini publik dan melawan narasi-narasi kebencian yang berbasis primordialisme.

Primordialisme merupakan tantangan kompleks yang dihadapi Indonesia dalam membangun tata kelola pemerintahan yang baik dan berkeadilan. Upaya meredam pengaruh primordialisme membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh elemen bangsa. Hanya dengan semangat persatuan dan kesatuan, Indonesia dapat mengatasi tantangan ini dan mewujudkan cita-cita sebagai bangsa yang maju, adil, dan makmur.