SLEEPCALL: Mencari Jawaban di Tengah Rasa Sakit

Bukan pertama kali aku merasakan rasa sakit yang ibu berikan. Sudah tak terhitung berapa banyak kali, sampai aku mulai merasa bosan untuk menghitungnya. Tapi, kali ini rasa sakit itu bertambah parah. Baru kali ini aku merasakan rasa sakit yang begitu intens di seluruh tubuhku. Berbagai luka terbuka yang menghiasi tubuhku mulai mengering namun hanya menghantarkan rasa sakit yang dua kali lipat. Dengan sisa tenaga yang ada, aku berusaha menggeser tubuhku yang masih tergeletak di lantai, mencoba meraih karpet yang terbentang di sekitar ranjang. Ya, aku terbangun dalam posisi yang sama seperti terakhir kali aku sadar. Keberadaan ayah malam itu bukanlah hal yang benar-benar mengherankan bagiku, melainkan bagaimana sang istri bisa melepaskan putrinya. Itu adalah hipotesa yang paling masuk akal. Ternyata bukan hanya keadaanku yang memprihatinkan, ibu pun tak berbeda jauh keadaannya. "Sebenarnya apa salahku?" lagi dan lagi setiap kali ibu menatapku. Satu pertanyaan itu selalu menjadi pertanyaan terbesar yang belum ada jawabannya. "Kalau aku salah, seharusnya ibu marah, bukan menyakiti. Sakit tau bu..hiks................." aku terisak pelan, tak lagi berusaha menyeret tubuhku menuju tempat yang hangat. Aku sudah tidak punya tenaga untuk menjangkaunya lagi. Akibatnya, aku kembali meringkuk di lantai yang dingin bersama serpihan kaca yang aku yakini sudah melukai beberapa titik tubuhku. Aku merenung dalam isakan kecil, sekuat tenaga menahan rasa sakit ini. Mencoba mencari apa sebenarnya kesalahan yang aku lakukan sampai ibu tega melakukan ini padaku. Tapi, sekeras apapun aku berpikir, jawabannya tetap tidak terlihat.