Mengapa Kapal Selam Beratnya Mengapung di Air?

Kapal selam adalah salah satu inovasi teknologi yang luar biasa dalam dunia kelautan. Kapal selam beratnya memiliki kemampuan untuk menyelam ke dalam air dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa kapal selam beratnya dapat mengapung di air, padahal beratnya jauh melebihi berat jenis air? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu memahami prinsip dasar fisika yang terlibat dalam fenomena ini. Kapal selam beratnya mengapung di air berkat prinsip Archimedes, yang menyatakan bahwa benda yang terendam di dalam fluida akan mengalami gaya apung yang besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut. Kapal selam beratnya terbuat dari bahan yang lebih berat daripada air, seperti baja. Namun, kapal selam beratnya memiliki ruang hampa udara di dalamnya yang memungkinkan kapal selam beratnya untuk mengapung di air. Ketika kapal selam beratnya berada di permukaan air, ruang hampa udara di dalam kapal selam beratnya memiliki volume yang lebih besar daripada berat kapal selam beratnya itu sendiri. Sehingga, gaya apung yang dihasilkan oleh ruang hampa udara ini lebih besar daripada berat kapal selam beratnya, sehingga kapal selam beratnya dapat mengapung di air. Namun, ketika kapal selam beratnya ingin menyelam ke dalam air, kapal selam beratnya harus mengeluarkan sebagian udara dari ruang hampa udara di dalamnya. Dengan mengeluarkan udara, volume ruang hampa udara berkurang, sehingga gaya apung yang dihasilkan juga berkurang. Ketika gaya apung berkurang, berat kapal selam beratnya menjadi lebih besar daripada gaya apung, sehingga kapal selam beratnya mulai tenggelam ke dalam air. Untuk menjaga keseimbangan dan mengendalikan kedalaman penyelaman, kapal selam beratnya dilengkapi dengan tangki ballast yang dapat diisi dengan air atau udara. Dengan mengisi tangki ballast dengan air, kapal selam beratnya akan menjadi lebih berat dan tenggelam ke dalam air. Sebaliknya, dengan mengeluarkan air dari tangki ballast dan mengisi dengan udara, kapal selam beratnya akan menjadi lebih ringan dan naik ke permukaan air. Dalam kesimpulannya, kapal selam beratnya dapat mengapung di air berkat prinsip Archimedes dan penggunaan ruang hampa udara di dalamnya. Kapal selam beratnya dapat mengendalikan kedalaman penyelaman dengan mengeluarkan atau mengisi tangki ballast dengan air atau udara. Fenomena ini merupakan hasil dari penelitian dan pengembangan teknologi yang luar biasa dalam dunia kelautan.