Orde Baru: Sebuah Era Kemakmuran yang Terbungkus Ketidakbebasan **

Orde Baru, era yang dipimpin oleh Soeharto selama 32 tahun, dikenal dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan stabilitas politik. Namun, di balik gemerlapnya pembangunan, terdapat sisi gelap yang tak terbantahkan: penindasan terhadap kebebasan berekspresi dan demokrasi. Ketidakbebasan berekspresi menjadi ciri khas Orde Baru. Kritik terhadap pemerintah dianggap sebagai ancaman dan dibungkam dengan tangan besi. Media massa dikontrol ketat, dan suara-suara kritis dibungkam melalui berbagai cara, mulai dari pembredelan hingga intimidasi. Demokrasi pun terkekang. Pemilu yang diadakan hanya bersifat formalitas, dengan Soeharto selalu memenangkannya dengan margin yang sangat besar. Partai politik yang kritis dibungkam, dan ruang gerak masyarakat sipil dibatasi. Korupsi merajalela di berbagai sektor pemerintahan. Kekayaan negara dijarah oleh para pejabat dan kroni Soeharto, sementara rakyat hidup dalam kemiskinan dan ketidakadilan. Pelanggaran HAM terjadi secara sistematis. Penculikan, penghilangan paksa, dan penyiksaan terhadap para aktivis dan oposisi menjadi pemandangan yang mengerikan. Orde Baru memang berhasil membangun infrastruktur dan meningkatkan taraf hidup sebagian masyarakat. Namun, kebebasan dan demokrasi yang terkekang menjadi harga yang mahal yang harus dibayar. Sebagai generasi muda, kita perlu belajar dari masa lalu agar tidak terulang kembali. Kebebasan dan demokrasi adalah nilai-nilai luhur yang harus diperjuangkan dan dijaga. Semoga kita dapat membangun masa depan yang lebih baik, di mana kebebasan dan keadilan menjadi pondasi bagi kemajuan bangsa.**