Memahami Konsep Iman Menurut Murjiah: Sebuah Perspektif Moderat

Mazhab Murjiah, salah satu mazhab tertua dalam Islam, dikenal karena penekanannya pada tauhid (keesaan Tuhan) dan penafsiran yang relatif moderat terhadap konsep iman. Berbeda dengan kelompok lain yang mungkin menekankan aspek amaliah (perbuatan) secara ketat sebagai bagian integral dari iman, Murjiah lebih fokus pada aspek aqidah (kepercayaan). Mereka berpendapat bahwa iman semata-mata adalah pengakuan hati (yakin) akan keesaan Allah SWT dan kenabian Muhammad SAW. Perbuatan baik, menurut mereka, merupakan konsekuensi dari iman yang tulus, bukan bagian esensial dari definisi iman itu sendiri. Seseorang yang mengaku beriman, namun melakukan dosa, tetap dianggap beriman selama ia tidak mengingkari keesaan Allah dan kenabian Muhammad. Namun, perbuatan dosa tersebut tetaplah perbuatan yang tercela dan perlu dihindari. Pandangan ini seringkali disalahpahami sebagai pembenaran atas perbuatan dosa. Namun, penting untuk memahami bahwa Murjiah tidak mengajarkan permisivitas moral. Mereka menekankan pentingnya taubat dan perbaikan diri. Perbedaan utama terletak pada penekanan: iman sebagai keyakinan hati mendahului dan lebih penting daripada perbuatan. Perbuatan baik merupakan buah dari iman yang tulus, bukan syarat mutlak untuk menjadi seorang mukmin. Konsep iman menurut Murjiah, meskipun mungkin tampak sederhana, menawarkan perspektif yang menyeimbangkan antara aspek aqidah dan amaliah. Ia menekankan pentingnya keikhlasan dalam beriman dan menghindari sikap riya' (pamer). Dengan fokus pada keyakinan hati, Murjiah mengajak kita untuk merenungkan kedalaman iman kita, bukan hanya sekadar penampilan lahiriah. Pemahaman yang mendalam tentang konsep ini dapat membantu kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan keikhlasan dan ketulusan hati. Hal ini memberikan ruang bagi setiap individu untuk terus berjuang memperbaiki diri tanpa terbebani rasa takut kehilangan iman karena kesalahan yang dilakukan. Pada akhirnya, jalan menuju Allah SWT adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan tentunya, iman yang tulus di dalam hati.