Mengenal Riya: Bentuk Kesombongan yang Merusak

Riya adalah sebuah istilah dalam agama Islam yang mengacu pada perilaku atau tindakan seseorang yang bertujuan untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain, bukan semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah. Dalam konteks ini, riya dapat dianggap sebagai bentuk kesombongan yang merusak. Riya sering kali muncul dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk dalam ibadah. Seseorang yang melakukan riya dalam ibadah, seperti shalat atau puasa, tidak melakukannya dengan tulus ikhlas untuk Allah, tetapi lebih kepada keinginan untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain. Hal ini dapat menghilangkan nilai spiritualitas dalam ibadah tersebut. Selain dalam ibadah, riya juga dapat muncul dalam berbagai situasi sosial. Misalnya, seseorang yang berpura-pura menjadi dermawan hanya untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain, bukan karena niat tulus untuk membantu sesama. Tindakan semacam ini tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga merusak hubungan sosial yang seharusnya didasarkan pada keikhlasan dan kejujuran. Riya juga dapat merusak nilai-nilai moral dan etika seseorang. Ketika seseorang terlalu fokus pada penampilan dan citra yang ingin ditampilkan kepada orang lain, ia mungkin mengabaikan nilai-nilai yang seharusnya menjadi landasan dalam bertindak. Misalnya, seseorang yang melakukan riya dalam pekerjaannya mungkin lebih peduli dengan kesan yang diberikan kepada atasan atau rekan kerja daripada dengan kualitas pekerjaannya sendiri. Dalam Islam, riya dianggap sebagai salah satu dosa besar yang harus dihindari. Rasulullah Muhammad SAW mengingatkan umatnya untuk berhati-hati terhadap riya dan selalu berusaha untuk bertindak dengan niat yang tulus ikhlas hanya untuk Allah. Dalam hadisnya, beliau bersabda, "Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang dia niatkan." Untuk menghindari riya, seseorang perlu memperkuat niatnya dalam beribadah dan bertindak dengan tulus ikhlas hanya untuk Allah. Selain itu, penting juga untuk mengingatkan diri sendiri bahwa pujian atau pengakuan dari orang lain bukanlah tujuan utama dalam beribadah atau bertindak. Yang terpenting adalah mendapatkan keridhaan Allah dan menjaga nilai-nilai kejujuran dan keikhlasan dalam setiap tindakan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu selalu mengingatkan diri sendiri tentang bahaya riya dan berusaha untuk menghindarinya. Dengan bertindak dengan niat yang tulus ikhlas dan fokus pada keridhaan Allah, kita dapat menjaga integritas diri dan membangun hubungan yang lebih baik dengan Allah dan sesama.