Perbedaan antara BPHT dan Notaris dalam Proses Hukum Tanah

Dalam proses hukum tanah, terdapat dua entitas yang memiliki peran penting, yaitu Badan Pertanahan dan Kementerian Agraria (BPHT) serta notaris. Meskipun keduanya terlibat dalam proses hukum tanah, ada perbedaan signifikan antara keduanya dalam hal peran, kewenangan, dan prosedur yang harus diikuti. Pertama, perbedaan utama antara BPHT dan notaris terletak pada kewenangan dan otoritas mereka. BPHT merupakan badan yang berada di bawah Kementerian Agraria dan memiliki kewenangan dalam mengeluarkan Surat Keputusan (SK) terkait tanah. SK yang dikeluarkan oleh BPHT merupakan dasar hukum yang mengatur kepemilikan dan penggunaan tanah. Di sisi lain, notaris merupakan pejabat yang ditunjuk oleh Kementerian Hukum dan HAM (Kumham) dan memiliki kewenangan dalam membuat akta-akta otentik, termasuk akta jual beli tanah. Kedua, prosedur yang harus diikuti dalam proses hukum tanah juga berbeda antara BPHT dan notaris. BPHT mengeluarkan SK berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti Undang-Undang Pokok Agraria. Proses pengajuan SK melibatkan berbagai dokumen dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon. Di sisi lain, notaris bertanggung jawab untuk membuat akta-akta otentik yang melibatkan pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi tanah. Proses ini melibatkan verifikasi dokumen, pembuatan akta, dan penandatanganan oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Ketiga, perbedaan lainnya terletak pada peran masing-masing entitas dalam melindungi hak-hak pemilik tanah. BPHT bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kepemilikan dan penggunaan tanah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Mereka melakukan pemeriksaan dan verifikasi terhadap dokumen-dokumen yang diajukan oleh pemohon SK. Sementara itu, notaris bertanggung jawab untuk memastikan bahwa transaksi jual beli tanah dilakukan secara sah dan sesuai dengan hukum. Mereka melakukan verifikasi terhadap dokumen-dokumen yang terkait dengan transaksi tersebut. Dalam kesimpulan, perbedaan antara BPHT dan notaris dalam proses hukum tanah terletak pada kewenangan, prosedur, dan peran masing-masing entitas. BPHT memiliki kewenangan dalam mengeluarkan SK terkait tanah, sedangkan notaris memiliki kewenangan dalam membuat akta-akta otentik terkait transaksi tanah. Proses pengajuan SK dan pembuatan akta melibatkan persyaratan dan prosedur yang berbeda. Selain itu, BPHT bertanggung jawab untuk memastikan kepemilikan dan penggunaan tanah sesuai dengan peraturan yang berlaku, sedangkan notaris bertanggung jawab untuk memastikan transaksi jual beli tanah dilakukan secara sah.