Apakah Shalat Sunnah Rawatib Wajib Dikerjakan? Sebuah Tinjauan Fikih Kontemporer

Dalam dunia Islam, shalat merupakan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Shalat wajib dikerjakan oleh setiap muslim yang telah baligh dan berakal sehat. Selain shalat wajib, terdapat pula shalat sunnah yang dianjurkan untuk dikerjakan. Salah satu jenis shalat sunnah yang sering dipertanyakan hukumnya adalah shalat sunnah rawatib. Apakah shalat sunnah rawatib wajib dikerjakan? Pertanyaan ini sering muncul di kalangan umat Islam, terutama bagi mereka yang ingin memahami lebih dalam tentang hukum Islam. Artikel ini akan membahas tentang shalat sunnah rawatib dan hukumnya berdasarkan tinjauan fikih kontemporer.

Pengertian Shalat Sunnah Rawatib

* Shalat sunnah qobliyah: Shalat sunnah yang dikerjakan sebelum shalat wajib, seperti shalat sunnah qobliyah dhuhur, ashar, maghrib, dan isya'.

* Shalat sunnah ba'diyah: Shalat sunnah yang dikerjakan setelah shalat wajib, seperti shalat sunnah ba'diyah dhuhur, ashar, maghrib, dan isya'.

Hukum Shalat Sunnah Rawatib

Tinjauan Fikih Kontemporer

Pendapat yang menyatakan bahwa shalat sunnah rawatib hukumnya wajib didasarkan pada beberapa dalil, seperti hadits Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan bahwa shalat sunnah rawatib adalah shalat yang paling utama setelah shalat wajib. Selain itu, beberapa ulama juga berpendapat bahwa shalat sunnah rawatib merupakan bagian dari kesempurnaan shalat wajib.

Namun, pendapat yang lebih kuat dan lebih banyak diterima oleh para ulama fikih kontemporer adalah bahwa shalat sunnah rawatib hukumnya sunnah muakkadah. Pendapat ini didasarkan pada beberapa hal, yaitu:

* Tidak ada dalil yang tegas dan pasti yang menyatakan bahwa shalat sunnah rawatib hukumnya wajib.

* Shalat sunnah rawatib merupakan shalat sunnah, bukan shalat wajib.

* Shalat sunnah rawatib memiliki keutamaan tersendiri, tetapi tidak sampai pada derajat wajib.

Kesimpulan