Bagaimana Orde Baru Mengatur Ekonomi Indonesia?

Pada tanggal 11 Maret 1966, Soeharto menerima surat perintah yang menandai berakhirnya era Orde Lama dan dimulainya rezim Orde Baru di Indonesia. Pemerintahan baru ini mewarisi berbagai tantangan ekonomi, termasuk inflasi yang tak terkendali dan pertumbuhan ekonomi yang stagnan. Untuk mengatasi masalah ini dan mendorong pembangunan ekonomi, Orde Baru menerapkan serangkaian kebijakan dan strategi yang secara signifikan membentuk lanskap ekonomi Indonesia selama lebih dari tiga dekade.

Strategi Stabilisasi Ekonomi

Salah satu prioritas utama Orde Baru adalah menstabilkan ekonomi Indonesia, yang telah dilanda hiperinflasi dan ketidakpastian fiskal. Untuk mencapai tujuan ini, pemerintah menerapkan program stabilisasi yang berfokus pada pengendalian inflasi, stabilisasi nilai rupiah, dan pemulihan disiplin fiskal. Langkah-langkah ini termasuk membatasi pengeluaran pemerintah, memperketat kebijakan moneter, dan mencari bantuan keuangan dari lembaga internasional seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).

Peran Dominan Negara dalam Pembangunan Ekonomi

Orde Baru sangat percaya pada peran dominan negara dalam mendorong pembangunan ekonomi. Pemerintah mengadopsi pendekatan ekonomi yang diarahkan negara, di mana negara memainkan peran sentral dalam merencanakan, mengarahkan, dan mengatur kegiatan ekonomi. Ini tercermin dalam serangkaian Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang menetapkan target dan prioritas pembangunan ekonomi.

Penanaman Modal Asing dan Pertumbuhan Ekonomi

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Orde Baru secara aktif mencari penanaman modal asing. Pemerintah memperkenalkan berbagai insentif untuk menarik investor asing, termasuk keringanan pajak, deregulasi, dan jaminan stabilitas politik. Masuknya investasi asing, terutama di sektor-sektor seperti manufaktur, sumber daya alam, dan pariwisata, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang signifikan selama tahun 1970-an dan 1980-an.

Pembangunan Pedesaan dan Pertanian

Meskipun fokus pada industrialisasi, Orde Baru juga mengakui pentingnya pembangunan pedesaan dan pertanian. Pemerintah menerapkan program-program untuk meningkatkan produktivitas pertanian, seperti Revolusi Hijau, yang mempromosikan penggunaan varietas benih unggul, pupuk, dan teknik irigasi. Upaya juga dilakukan untuk memperluas akses terhadap kredit, infrastruktur, dan pasar bagi petani.

Ketimpangan Ekonomi dan Dampak Sosial

Meskipun pencapaian ekonomi Orde Baru, rezim ini juga dikritik karena meningkatnya ketimpangan ekonomi dan dampak sosial dari kebijakan-kebijakannya. Pertumbuhan ekonomi yang cepat menguntungkan segelintir elit dan kelompok-kelompok tertentu, sementara sebagian besar penduduk tetap terpinggirkan. Ketimpangan ini, dikombinasikan dengan korupsi yang merajalela dan kurangnya kebebasan politik, akhirnya menyebabkan jatuhnya Orde Baru pada tahun 1998.

Kebijakan ekonomi Orde Baru secara signifikan membentuk lanskap ekonomi Indonesia. Strategi stabilisasi membantu mengendalikan inflasi dan meletakkan dasar untuk pertumbuhan ekonomi. Penekanan pada penanaman modal asing dan pembangunan yang dipimpin negara menghasilkan industrialisasi yang cepat dan peningkatan standar hidup bagi sebagian penduduk. Namun, rezim ini juga meninggalkan warisan ketimpangan ekonomi, kerusakan lingkungan, dan penindasan politik. Memahami warisan ekonomi Orde Baru tetap penting untuk menavigasi tantangan dan peluang yang dihadapi Indonesia saat ini.