Sembahyang King Hoo Ping: Menghormati Arwah di Bulan 7 Imlek **

** Pada tanggal 1 September 2024, bertepatan dengan tanggal 29 bulan 7 tahun 2575 penanggalan Imlek, MAKIN (Majelis Agama Khonghucu Indonesia) Surakarta menyelenggarakan sembahyang dan doa khusus untuk arwah umum. Upacara ini dikenal dengan nama Sembahyang King Hoo Ping atau Sembahyang Rebutan, yang diadakan di Litang Gerbang Kebajikan MAKIN, Jalan Drs Yap Tjwan Bing no.15 Jagalan. Tradisi ini berakar pada kepercayaan bahwa di bulan 7 Imlek (Jit Gwe), pintu akherat terbuka dan para arwah diberikan kesempatan untuk turun ke dunia menengok sanak keluarganya. Masyarakat Tionghoa, khususnya umat Khonghucu, diwajibkan melakukan sembahyang pengenangan atau penghormatan kepada mereka. Sembahyang King Hoo Ping merupakan puncak dari rangkaian penghormatan terhadap arwah di bulan 7 Imlek. Upacara ini diadakan di akhir bulan 7, sebelum para arwah kembali ke alamnya, sebagai bentuk penghormatan terakhir dan pengantar mereka kembali. MAKIN Surakarta biasanya memilih hari Minggu terakhir di bulan 7 Imlek untuk menyelenggarakan upacara ini. Tradisi ini juga mengandung pesan moral yang mendalam. Masyarakat Tionghoa yang masih memegang adat tradisional pada bulan 7 Imlek, biasanya menghindari mengadakan kegiatan seperti pernikahan atau hajatan besar. Hal ini karena bulan 7 Imlek dianggap sebagai bulan khusus untuk persembahyangan. Sembahyang King Hoo Ping juga merupakan bentuk rekomendasi bagi para arwah, atau setidaknya rasa simpati manusia yang masih hidup kepada mereka yang telah meninggal. Nabi Khongcu mengajarkan agar kita memperlakukan mereka yang telah tiada "seperti atau seakan" orang yang hidup. Meskipun tidak sama, orang yang meninggal dulunya pernah menjadi orang hidup. Sembahyang King Hoo Ping menjadi bukti nyata bahwa penghormatan dan kasih sayang kepada mereka yang telah tiada tetap terjaga, bahkan setelah mereka meninggalkan dunia fana.