Analisis Kasus Malpraktik Dokter Muda dari Perspektif Talcott Parsons** **

Pendahuluan Kasus malpraktik yang melibatkan seorang dokter muda dan pasien yang meninggal setelah disuntik diazepam adalah contoh yang menggugah perhatian tentang kegagalan dalam sistem perawatan kesehatan. Dalam analisis ini, kita akan menggunakan perspektif Talcott Parsons untuk memahami bagaimana relasi dokter-pasien yang seharusnya ideal gagal dalam kasus ini. Kronologi Kasus 1. Pasien Datang dengan Keluhan Tertentu: Pasien datang kepada dokter muda dengan keluhan tertentu, meskipun artikel tidak merinci keluhannya. Ini menetapkan awal dari interaksi antara dokter dan pasien. 2. Pemberian Diazepam: Dokter muda memberikan suntikan diazepam kepada pasien. Ini adalah titik kritis dalam kronologi yang menjadi fokus utama dalam analisis ini. 3. Kejang dan Kematian: Pasien mengalami kejang setelah suntikan dan kemudian meninggal. Ini menunjukkan adanya kesalahan dalam prosedur medis, dosis, atau indikasi pemberian obat. 4. Proses Hukum: Dokter muda ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan malpraktik. Ini menandai akhir dari kronologi dan awal dari proses hukum yang akan mengikuti. Analisis dari Sudut Pandang Talcott Parsons Parsons menekankan pada peran sakit (sick role) pasien dan peran profesional (professional role) dokter. Dalam kasus ini, beberapa kegagalan terjadi: Kegagalan dalam Peran Profesional Dokter Pemberian diazepam yang mengakibatkan kematian pasien menunjukkan kegagalan dokter dalam menjalankan peran profesionalnya. Ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor: kekurangan pengetahuan dan keterampilan, kesalahan dalam penilaian medis, ketidakhati-hatian dalam pemberian obat, atau bahkan kelalaian. Parsons akan melihat ini sebagai pelanggaran serius terhadap kepercayaan yang diberikan pasien kepada dokter. Otoritas dokter disalahgunakan, dan kewajiban untuk memberikan perawatan yang aman dan efektif tidak dipenuhi. Kegagalan dalam Komunikasi dan Persetujuan Terinformasi Artikel tidak menjelaskan detail komunikasi antara dokter dan pasien. Namun, kemungkinan besar terjadi kegagalan dalam memberikan informasi yang cukup kepada pasien mengenai risiko dan manfaat pengobatan (persetujuan terinformasi). Tanpa persetujuan terinformasi yang valid, tindakan medis dokter dapat dianggap sebagai pelanggaran etika dan hukum. Kepercayaan pasien terhadap dokter terkikis karena kurangnya transparansi. Kegagalan dalam Menangani Risiko Profesional harus mampu mengidentifikasi dan mengelola risiko yang terkait dengan tindakan medis. Dalam kasus ini, risiko kematian akibat pemberian diazepam tampaknya tidak dipertimbangkan atau dikelola dengan baik oleh dokter muda. Parsons akan melihat ini sebagai kegagalan dalam memenuhi standar kompetensi profesional yang diharapkan. Kesimpulan Kasus ini menggambarkan dalam hubungan dokter-pasien dari Parsons. Pelanggaran kepercayaan, kewajiban profesional, dan standar kompetensi profesional menyebabkan konsekuensi yang fatal. Kegagalan dalam komunikasi, penilaian medis, dan pengelolaan risiko menunjukkan kelemahan dalam sistem perawatan kesehatan yang perlu diperbaiki agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Penutup** Dalam kesimpulannya, analisis dari perspektif Talcott Parsons menunjukkan bahwa kegagalan dalam peran profesional, komunikasi, dan pengelolaan risiko oleh dokter muda telah menyebabkan malpraktik yang fatal. Ini menggarisbawahi pentingnya peningkatan standar kompetensi dan etika dalam praktik medis