Gelombang Perubahan: Laut yang Menangis

Narasi: Di pesisir selatan Pulau Jawa, terhampar laut yang dulunya kaya akan kehidupan. Terumbu karang berwarna-warni menjadi rumah bagi beragam ikan, dari yang kecil mungil hingga yang besar gagah. Nelayan-nelayan lokal hidup rukun dengan laut, menangkap ikan secukupnya untuk kebutuhan hidup mereka. Namun, kedamaian itu terusik. Sebuah perusahaan besar, dengan dukungan politik yang kuat, memulai proyek penggerukan laut skala besar. Demi pembangunan pelabuhan baru, terumbu karang dihancurkan, habitat ikan musnah. Kapal-kapal pukat harimau beroperasi tanpa henti, menyapu bersih ikan-ikan kecil dan besar tanpa pandang bulu. Laut yang dulu melimpah, kini menjadi gersang dan sepi. Nelayan lokal kehilangan mata pencaharian, anak-anak mereka kehilangan harapan akan masa depan. Mereka berjuang melawan arus, suara mereka tenggelam di tengah hiruk-pikuk kepentingan politik dan ekonomi. Namun, api semangat mereka tetap menyala, sebuah harapan kecil untuk mengembalikan keseimbangan alam dan keadilan bagi mereka yang selama ini hidup berdampingan dengan laut. Mereka mulai mengorganisir diri, mencari dukungan dari LSM lingkungan dan komunitas internasional, berharap gelombang perubahan akan datang, membawa kembali kehidupan ke laut yang menangis. Skrip Drama (Singkat): Tokoh: * Pak Harjo: Nelayan tua * Bu Aminah: Istri Pak Harjo * Andi: Aktivis lingkungan Adegan: Di tepi pantai yang gersang. (Pak Harjo duduk termenung, Bu Aminah menghampirinya) Bu Aminah: Harjo, laut kita… sudah tak seperti dulu lagi. Pak Harjo: (Menatap laut) Ikan semakin sedikit, Aminah. Anak-anak kita… bagaimana mereka akan hidup? (Andi datang menghampiri mereka) Andi: Pak Harjo, Bu Aminah, saya Andi. Saya dari LSM lingkungan. Kami mendengar tentang masalah di sini. Kita harus berjuang bersama. Kita bisa melawan perusahaan itu, kita bisa menuntut keadilan! Pak Harjo: (Mata berkaca-kaca) Sulit, Nak. Mereka punya kekuasaan. Andi: Kekuasaan bisa dikalahkan dengan persatuan. Kita akan menggalang dukungan, mengajak masyarakat untuk bersama-sama memperjuangkan laut kita. Kita harus menunjukkan bahwa laut bukan hanya milik mereka, tapi milik kita semua! (Ketiganya saling memandang, sebuah tekad baru muncul di wajah mereka. Harapan untuk masa depan yang lebih baik mulai berkibar.) Wawasan: Kisah ini menyoroti pentingnya keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Perjuangan masyarakat kecil untuk melindungi lingkungan hidup mereka mengingatkan kita akan pentingnya keadilan sosial dan peran aktif kita dalam menjaga kelestarian alam. Harapan tetap ada, selama kita berani bersatu dan berjuang.