Kekekalan Allah dalam Surah At-Halaq

Dalam surah At-Halaq, Allah mengungkapkan sifat-Nya yang kekal dan abadi. Ayat ini menyatakan, "Dialah (Allah) yang awal dan yang akhir; yang zahir dan yang batin dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu" (Q.S. Al-Halaq: 3). Dari ayat ini, kita dapat memahami bahwa alam semesta ini ada karena adanya Allah yang memiliki sifat kekal. Allah adalah pencipta alam semesta dan segala isinya. Tidak ada yang lebih awal daripada-Nya dan tidak ada yang lebih akhir. Dia adalah yang pertama dan yang terakhir. Dalam keabadian-Nya, Allah tidak terikat oleh waktu dan tidak mengalami perubahan. Dia adalah yang kekal dan tidak terbatas oleh batasan waktu. Kekalnya Allah juga berarti bahwa Dia tidak terpengaruh oleh perubahan atau kerusakan. Semua makhluk ciptaan-Nya dapat mengalami perubahan, rusak, atau binasa, tetapi Allah tetap abadi dan tidak terpengaruh oleh hal-hal tersebut. Sifat kekal ini menunjukkan kekuasaan dan keagungan-Nya sebagai Pencipta yang sempurna. Kita sebagai manusia harus memiliki keyakinan yang kuat akan kesempurnaan Allah yang kekal. Jika Allah tidak kekal, maka Dia tidak akan mampu menciptakan, memelihara, dan mengatur alam semesta ini dengan sempurna. Kekalnya Allah adalah dasar dari keberadaan dan keberlangsungan alam semesta. Dalam surah At-Halaq, Allah mengingatkan kita akan kekekalan-Nya sebagai bentuk pengingat dan pengajaran. Dengan menyadari kekekalan Allah, kita dapat mengembangkan rasa takjub dan ketaatan kepada-Nya. Kita juga dapat memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini adalah bagian dari rencana-Nya yang sempurna. Dalam kesimpulan, surah At-Halaq mengungkapkan kekekalan Allah sebagai sifat yang mendasari keberadaan alam semesta. Allah adalah yang awal dan yang akhir, yang zahir dan yang batin. Kekalnya Allah menunjukkan kekuasaan dan keagungan-Nya sebagai Pencipta yang sempurna. Dengan menyadari kekekalan-Nya, kita dapat mengembangkan rasa takjub dan ketaatan kepada-Nya.