Memilih Harta Surgawi: Memahami Hedonisme dan Ugahari dalam Matius 6:19-26 **

Matius 6:19-26 memberikan nasihat yang mendalam tentang bagaimana kita seharusnya menata prioritas dalam hidup. Ayat-ayat ini mengungkap dua sikap yang kontras: hedonisme dan ugahari. Hedonisme adalah sikap yang berpusat pada kesenangan duniawi dan materi. Tiga sikap hedonistik yang terlihat dalam bacaan ini adalah: 1. Menumpuk harta: Ayat 19-21 memperingatkan tentang bahaya menumpuk harta di bumi, karena harta tersebut dapat rusak dan dicuri. Sikap ini menunjukkan fokus pada keamanan dan kepuasan duniawi, bukan pada nilai-nilai kekal. 2. Khawatir tentang kebutuhan hidup: Ayat 25-26 menekankan bahwa kita tidak perlu khawatir tentang kebutuhan hidup, karena Allah akan menyediakannya. Sikap khawatir menunjukkan kurangnya kepercayaan pada Allah dan fokus berlebihan pada kebutuhan duniawi. 3. Mencari pengakuan: Ayat 24 menekankan bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon (kekayaan). Sikap ini menunjukkan keinginan untuk mendapatkan pengakuan dan pujian dari manusia, bukan dari Allah. Ugahari adalah sikap yang berpusat pada nilai-nilai kekal dan Kerajaan Allah. Tiga sikap ugahari yang terlihat dalam bacaan ini adalah: 1. Menumpuk harta di surga: Ayat 20 mendorong kita untuk menumpuk harta di surga, yaitu melakukan perbuatan baik yang akan menghasilkan pahala kekal. Sikap ini menunjukkan fokus pada nilai-nilai abadi dan investasi dalam Kerajaan Allah. 2. Mempercayai Allah untuk kebutuhan hidup: Ayat 25-26 menekankan bahwa Allah akan menyediakan kebutuhan kita jika kita mengutamakan Kerajaan-Nya. Sikap ini menunjukkan kepercayaan penuh pada Allah dan kebebasan dari kekhawatiran duniawi. 3. Mencari pengakuan dari Allah: Ayat 24 menekankan bahwa kita harus mengabdi kepada Allah saja. Sikap ini menunjukkan keinginan untuk mendapatkan pengakuan dan pujian dari Allah, bukan dari manusia. Kesimpulan:** Matius 6:19-26 memberikan kita panduan yang jelas untuk memilih antara hedonisme dan ugahari. Sikap hedonistik berfokus pada kesenangan duniawi dan materi, sementara sikap ugahari berfokus pada nilai-nilai kekal dan Kerajaan Allah. Dengan memilih sikap ugahari, kita dapat menemukan kepuasan sejati dan hidup yang bermakna, karena kita mengutamakan hal-hal yang kekal dan berinvestasi dalam Kerajaan Allah.