Signifikansi Peristiwa Nuzulul Qur'an dalam Sejarah Nabi Muhammad SAW

Peristiwa Nuzulul Qur'an merupakan momen penting dalam sejarah Nabi Muhammad SAW yang terjadi ketika beliau berusia 40 tahun. Pada saat itu, beliau merasa gelisah melihat masyarakat sekitarnya yang banyak yang masih terjerumus dalam kepercayaan kepada berhala. Berbagai jenis berhala, mulai dari yang terbuat dari emas, kain, perak, hingga gandum, menjadi objek penyembahan bagi kaum jahiliyah atau kaum kafir Quraisy. Situasi ini semakin memperburuk kondisi bagi mereka yang kurang mampu, hingga pada titik dimana beberapa di antara mereka terpaksa meminta izin kepada tuhan-tuhan mereka untuk memakan kepala mereka sendiri saat kelaparan melanda. Merasa terpanggil untuk merenungkan keadaan ini, Nabi Muhammad SAW naik ke Gua Hira. Pada 17 Ramadhan, Allah mengutus Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Malaikat Jibril memerintahkan Nabi untuk membaca Al-Qur'an, namun Nabi mengaku bahwa ia tidak bisa membaca. Malaikat Jibril kemudian mendekap Nabi Muhammad dan memerintahkan untuk membaca. Kejadian ini kemudian Nabi sampaikan kepada istrinya, Khadijah, dan para sahabatnya. Mereka yang percaya akan kenabian Nabi, namun tidak sedikit pula yang menolak dan menyebutnya sebagai kebohongan. Salah satu hikmah terpenting dari Nabi tidak bisa membaca Al-Qur'an adalah untuk mencegah kaum kafir Quraisy mengklaim bahwa Al-Qur'an adalah karya cipta manusia. Kejadian ini menjadi titik awal dari penyebaran Islam dan perubahan besar dalam sejarah umat manusia.