Menjadi Bagian dari Rumahmu

Ketika suasana awan sore berganti, kamu mengatakan bahwa lebih baik aku menetap daripada hanya berteduh di bawah atap. Namun, aku bertanya-tanya, ke mana seharusnya aku pergi? Aku merasa seperti teh yang kamu hidangkan, menunggu diam-diam mencari celah untuk masuk. Namun, sebelum itu terjadi, aku sudah membandingkan diriku dengan orang-orang sebelumku dan masih ada. Aku menyadari bahwa aku terlalu kecil untuk menjadi bagian darimu. Mungkin kamu lupa, rumahmu sudah penuh. Sebelum itu, aku juga menyadari bahwa tempat yang aku coba masuki ternyata sudah memiliki pemiliknya. Lebih baik aku menjaga jarak daripada bingung menempati bangku yang kosong namun tidak memanggilku. Maafkan aku, aku sudah terlanjur menorehkan banyak warna. Untuk menyelesaikan satu lukisan, aku harus melihat banyak hal. Namun, dalam proses melihat, aku seringkali melukai diriku sendiri. Memang sudah ada yang menjaga. Tapi di mana tempat yang kamu sisakan untukku? Aku tidak akan bisa leluasa menari di ruang tengahnya. Aku hanya seseorang yang ingin kamu lihat dari balkon rumahmu setiap sore. Aku ingin menjadi orang yang kamu kunjungi ketika kamu lelah. Aku ingin menjadi orang yang akan menemanimu bercerita. Aku ingin menjadi orang yang selalu melihatmu menutup pintu. Aku tahu bahwa aku tidak bisa menjadi bagian dari rumahmu sepenuhnya. Namun, aku berharap ada sedikit ruang untukku di hatimu. Aku ingin menjadi orang yang kamu anggap sebagai rumah, tempat yang nyaman untuk kembali setelah berkeliling dunia. Mungkin aku tidak bisa menjadi bagian dari rumahmu, tapi aku berharap aku bisa menjadi bagian dari hidupmu. Aku ingin berada di sana untukmu, mendukungmu, dan mencintaimu dengan tulus.