Era Orde Baru: Ketika Nilai-Nilai Diperalat dan Kebebasan Terkekang **

Periode tahun 1966-1998 di Indonesia dikenal sebagai era Orde Baru, sebuah masa yang ditandai dengan pemerintahan otoriter di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Meskipun Orde Baru mengklaim telah membawa stabilitas dan pembangunan ekonomi, realitasnya menunjukkan penyimpangan nilai dan pembatasan kebebasan yang signifikan. Pertama, nilai-nilai luhur bangsa seperti keadilan, kejujuran, dan demokrasi seringkali diperalat untuk kepentingan golongan tertentu. Kekuasaan terpusat di tangan Soeharto dan kroninya, yang memanfaatkan jabatan mereka untuk memperkaya diri dan mengendalikan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Korupsi merajalela, dan akses terhadap kekayaan dan peluang hanya diberikan kepada mereka yang loyal kepada rezim. Kedua, kebebasan politik dan pers sangat dibatasi. Kritik terhadap pemerintah dianggap sebagai ancaman dan dibungkam. Media massa dikontrol ketat, dan hanya informasi yang mendukung pemerintah yang diizinkan untuk disebarluaskan. Aktivis dan tokoh oposisi diintimidasi, dipenjara, atau bahkan dihilangkan. Ketiga, penyimpangan nilai dan pembatasan kebebasan ini melahirkan budaya takut dan kepatuhan. Masyarakat dibiasakan untuk menerima segala kebijakan pemerintah tanpa mempertanyakannya. Kebebasan berpikir dan berekspresi terkekang, dan semangat kritis masyarakat tergerus. Sebagai kesimpulan**, era Orde Baru merupakan periode yang penuh dengan kontradiksi. Di satu sisi, terjadi kemajuan ekonomi dan pembangunan infrastruktur. Di sisi lain, nilai-nilai luhur bangsa diinjak-injak, kebebasan dibatasi, dan masyarakat hidup dalam ketakutan. Masa ini menjadi pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia untuk selalu berjuang menjaga nilai-nilai demokrasi, keadilan, dan kebebasan, serta mencegah terulangnya penyimpangan kekuasaan di masa depan.