Mengapa Pernyataan tentang Tsunami Merupakan Pendapat, Bukan Fakta? **

Tsunami merupakan fenomena alam yang dahsyat dan mematikan. Gelombang raksasa ini dapat menyebabkan kerusakan yang sangat besar, baik di daratan maupun di lautan. Dalam pernyataan yang diberikan, terdapat beberapa kalimat yang merupakan pendapat, bukan fakta. Pernyataan (1) dan (5) merupakan pendapat karena didasarkan pada interpretasi dan penilaian. Kalimat (1) menyatakan bahwa "sangat wajar jika bangunan di daratan bisa tersapu dengan mudah". Kata "wajar" menunjukkan penilaian subjektif, bukan fakta objektif. Begitu pula dengan kalimat (5) yang menyatakan bahwa "kecepatan tersebut sudah bisa menyebabkan kerusakan yang parah". Kata "parah" merupakan penilaian subjektif yang bergantung pada konteks dan perspektif. Pernyataan (2), (3), dan (4) merupakan fakta yang dapat diverifikasi. Kalimat (2) menyatakan bahwa "gelombang tsunami ini merambat dengan kecepatan yang tak terbayangkan". Kecepatan tsunami memang sangat tinggi dan dapat diukur secara objektif. Kalimat (3) menyatakan bahwa "gelombang tersebut bisa mencapai 500 sampai $1.000$ kilometer per jam di lautan". Kecepatan ini merupakan data yang dapat diukur dan diverifikasi. Kalimat (4) menyatakan bahwa "pada saat mencapai bibir pantai, kecepatannya berkurang menjadi 50 sampai 30 kilometer". Penurunan kecepatan ini juga merupakan fakta yang dapat diukur dan diverifikasi. Kesimpulan: Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang merupakan pendapat adalah (1) dan (5). Pernyataan ini didasarkan pada interpretasi dan penilaian subjektif, bukan fakta objektif yang dapat diverifikasi. Penting untuk diingat bahwa:** memahami perbedaan antara fakta dan pendapat sangat penting dalam memahami informasi dan membuat keputusan yang tepat.